Selasa, 23 Desember 2014



Strategi Pembelajaran Sejarah Menurut I Gede Widja






                  Oleh:
                                                  1.      Wahyu Bagustiadi            (120210302014)







PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014





STRATEGI PENGEMBANGAN MATERI PELAJARAN SEJARAH
MENURUT I GDE WIDJA

I Gde Widja menyatakan bahwa pembelajaran Sejarah adalah perpaduan antara aktivitas belajar dan mengajar yang di dalamnya mempelajari tentang peristiwa masa lampau yang erat kaitannya dengan masa kini (Widja,1989).   Pendapat Widja tersebut dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran Sejarah merupakan bidang studi yang terkait dengan fakta-fakta dalam Ilmu Sejarah namun tetap memperhatikan tujuan pendidikan pada umumnya.  Mengutip pernyataan dari Elton, sering muncul kecurigaan di kalangan sejarawan bahkan para pendidik terhadap alasan mengkaitkan Sejarah dengan proses pendidikan.  Proses pendidikan Sejarah dianggap hanya menjadi sumber kecenderungan etnosentris, bahkan mengarah ke “xenophobia”.  Sementara itu, Namier (dalam Widja, 1997) berpendapat bahwa peran sejarah sebagai “moral precepts” atau ajaran moral dianggap dapat menjelma menjadi indoktrinasi sebagai legitimasi doktrin atau ideologi tertentu (Widja,1997:174).  Sebagaimana pandangan Bacon, bahwa “histories make man wise”, Sejarah diharapkan yang mempelajari menjadi lebih bijaksana (dalam Widja,1989).  Sejarah tidak pernah berakhir diantara masa yang akan dating dengan masa lampau “Histories unending dialogue betweenthe present and the past” (Widja, 1988: 49-50).
Selain itu sejarawan lain yakni Mahasin berpandangan bahwa kritik umum kepada pendukung nilai edukatif Sejarah dalam penanaman nilai-nilai sejarah melalui proses pendidikan
yang lebih menonjol adalah pencapaian tujuan-tujuan edukatif yang bersifat ekstrinsik atau instrumental.  Padahal dalam teori belajar yang lebih utama adalah nilai instrinsik.  Penekanan sifat ekstrinsik atau instrumental dalam Pendidikan Sejarah akan lebih mengarah pada pemahaman nilai sejarah sebagai landasan bagi pembentukan semacam alat cetak membentuk manusia yang sudah ditentukan sebelumnya (predefined person), baik dalam rangka “cultural transmission” maupun dalam penyiapan” moral precepts” bagi generasi baru.  Dalam kerangka berpikir seperti ini, muncul kecenderungan atau dorongan pemujaan berlebihan terhadap masa lampau yang pada gilirannya memberi peluang bagi kekaburan realitas sejarah demi kepentingan masa kini atau kecenderungan presentisme.  Pengaburan seperti ini bisa mendorong generasi baru hanya terpesona atau mengagumi masa lampau tanpa pernah berpikir secara kreatif merencanakan bangunan masa depannya (Mahasin dalam I Gde Widja, 1997:176).  Sebagai jalan tengah memahami permasalahan di atas, perlu ditekankam strategi dasar berupa penanaman nilai yang dinamis progresif.  Dalam perspektif ini, apabila dalam proses belajar-mengajar sejarah tidak bisa dihindarkan mengajak siswa untuk mengambil nilai-nilai dari masa lampau, bukanlah dimaksudkan agar siswa terpaku dan terpesona pada kegemilangan masa lampau.  Nilai-nilai masa lampau diperlukan untuk menjadi kekuatan motivasi menghadapi tantangan masa depan (I Gde Widja, 1997: 183).
Mata pelajaran Sejarah sebagai alat mengabdi kepada tujuan pendidikan yang multi aspek.  Meski demikian, Sejarah sebagai mata pelajaran tidak mengabaikan konsep dasar dan prinsip keilmuan.  Sejarah sebagai mata pelajaran yang mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu dan sejarah sebagai ilmu harus dipadukan dalam konsep yang jelas tanpa mengorbankan prinsip-prinsip salah satunya atau keduanya.  Hal tersebut penting agar kekhawatiran tentang subjektivitas Sejarah dalam pembelajaran Sejarah tidak mengorbankan ilmu Sejarah.  Jalan tengah menyikapi sudut pandang yang berbeda dapat diselesaikan melalui slogan “histories make man wise”, sehingga perbedaan pandangan tersebut juga harus disikapi dengan bijaksana.
Deskripsi I Gde Widja (1989) berikut ini bisa jadi merupakan representasi buruknya kualitas praksis pembelajaran Sejarah di Indonesia yang pada gilirannya bermuara pada timbulnya problematik status dan posisi Sejarah sebagai mata pelajaran :
“… sering didapat kesan bahwa pelajaran Sejarah itu tidak menarik, bahkan sangat membosankan.  Guru Sejarah hanya membeberkan fakta-fakta kering berupa urutan tahun dan peristiwa belaka.  Pelajaran Sejarah dirasakan murid hanyalah mengulangi hal-hal yang sama dari tingkat SD sampai perguruan tinggi.  Model serta teknik pengajarannya dari waktu ke waktu juga itu-itu saja.  Apa yang terjadi di kelas biasanya adalah guru memulai pelajaran dengan bercerita atau lebih tepat membacakan apa-apa yang telah tertulis di dalam buku ajar dan akhirnya langsung menutup pelajarannya begitu bel akhir pelajaran berbunyi.  Tidak mengherankan di pihak guru-guru (termasuk guru Sejarah sendiri) sering timbul kesan bahwa mengajar Sejarah itu mudah”.
Menurut Widja (1989; 1991), buruknya kualitas praksis pembelajaran Sejarah di sekolah bersumber dari kekeliruan dalam memahami hakekat Sejarah itu sendiri.  Umumnya kurang disadari bahwasannya Sejarah merupakan disiplin ilmu yang memiliki ciri karakteristik bersifat khas, sedemikian khasnya sehingga  praksis pembelajaran Sejarah pun tidak saja memerlukan keahlian khusus, tetapi bahkan membutuhkan keterampilan istimewa.  ”The teaching on history is in fact a skilled and complex process which demands a highly professional approach”  (Freeman, dalam Steel, 1976).  Dari pernyataan ini tampak dengan jelas bahwa praktis pembelajaran Sejarah memerlukan guru yang tidak sekadar berkualifikasi akademik sarjana, melainkan guru yang sungguh-sungguh profesional.
Strategi pembelajaran merupakan satu hal yang urgensinya sungguh-sungguh tidak boleh dipandang sebelah mata dalam konteks pembelajaran.  Pilihan suatu strategi pembelajaran bukan saja akan sangat menentukan pola interaksi kegiatan belajar mengajar dan  tahap-tahap pencapaian tujuan pembelajaran, tetapi bahkan akan sangat menentukan pula tingkat serta kadar hasil belajar (Widja, 1989).
Terkait dengan itu, I Gde Widja (1989) mengungkapkan bahwa bertolak dari pikiran tiga dimensi sejarah maka proses pendidikan khususnya pengajaran sejarah ibarat mengajak peserta didik menengok ke belakang dengan tujuan melihat ke depan.  Makna yang tertuang dari pendapat ahli tersebut adalah dengan mempelajari nilai-nilai kehidupan masyarakat di masa lampau, diharapkan peserta didik mencari atau mengadakan seleksi terhadap nilai-nilai itu, mana yang relevan atau dapat dikembangkan dalam menghadapi tantangan zaman yang kompleks di masa kini maupun yang akan datang.  Proses mencari atau proses seleksi jelas menekankan pada pendekatan proses serta menuntut untuk lebih diciptakan aktivitas fisik-mental dan kreativitas siswa dalam belajar sejarah.  Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sartono Kartodirdjo (1992) bahwa hendaknya pengajaran sejarah memberi pengertian yang mendalam serta suatu keterampilan.
Dalam pelaksanaan pendekatan kontesktual atau inkuiri dalam pembelajaran sejarah, hendaknya tidak semata-mata menekankan aktifnya peserta didik dalam pembelajaran, tetapi lebih dari itu perlu diperhatikan maknanya yang lebih luas, sebagaimana diungkapkan oleh I Gde Widja (1991), berikut ini :
Ø  Mengembangkan sikap kritis analitik dalam menerima uraian guru atau dalam mengamati gejala / peristiwa sejarah
Ø  Membiasakan murid berpikir konsep (merumuskan pandangan konseptual), bukan sekedar mengulangi apa yang dia dibaca atau dengar dari guru
Ø  Mendorong siswa membaca / menemukan sendiri informasi tangan pertama, bukan sekedar yang disampaikan / diberitahukan orang lain / guru, yang memungkinkan mereka lebih mampu berpikir orisinil dalam menghadapi gejala / peristiwa sejarah
Ø  Membiasakan murid membuat karangan singkat yang bersifat analitik projektif yang berkaitan dengan usaha meningkatkan kemampuan mereka dalam melihat tiga dimensi sejarah (masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang)
Ø  Membiasakan murid bersifat mandiri dalam mengajukan pendapat, meskipun mereka dianjurkan pula untuk bekerja secara kelompok
Ø  Membiasakan siswa berpikir multidimensional (terutama dalam arti tidak bersifat deterministic) dalam membahas suatu masalah
Ø  Membiasakan siswa bersifat terbuka atau demokratis, dalam arti selalu bersedia menerima pendapat pihak lain, jika pendapat pihak lain tersebut memang lebih kuat argumentasinya dari pendapatnya sendiri

Kamis, 18 Desember 2014

liberalisme



1.1 Arti liberal dan liberalisme.
            Dua kata ( liberal dan liberalisme) tersebut sering digunakan dalam konteks yang sedemikian bervariasi, bahkan sering bertentangan, sehingga dapat membingungkan. Arti dua kata itu juga mengalami perkembangan dalam pejalanan sejarah sehingga keduanya dapat berarti positif maupu negative, dapat diartikan sebagai sikap batin, cara berfikir, ataupun suatu idiologi.
a.       Arti positif,
Liberal dalam arti positif adalah sikap batin yang merdek. Liberalisme lalu berarti paham yang menjunjung tinggi kemerdekan batin, yang menolak segala macam pembatasan( berlawanan dengan paham determinisme dan naturalisme), termasuk disini suatu kesadaran bahwa karena kemerdekaannya manusia mempunyai kemampuan untuk merealisasikan dirinya. Apa pun tindakan manusia selama ia menggunakan akal dan kehendak bebasnya, tindakan itu harus dapat dibenarkan.
b.      Arti negatif
Liberal dalam arti negative adalah sikap batin semaunya saja, tidak ambil pusing  dalam aturan atau patokan. Menolak dalam semua konvensi, tradisi, atau apa pun yang dianggap membatasi kebebasannya. Liberalism lalu diartikan sebagai paham yang mengajarkan sikap orang untuk berbuat semaunya, keluar dari norma yang berlaku, pemberontak dari hal-hal yang tradisional. Arti inilah yang  dimaksudkan PM Inggris Margareth Thatcher menuduh tokoh-tokoh partai buruh sebagai kaum liberal yang menjadi lawan kaum konservatif. Konservatisme lalu bersikap batin yang cenderung memelihara apa yang dianggap bernilai tinggi dalam tradisi.


Cara lain untuk menghindari kerancuan arti  liberalisme adalah dengan menempatkannya dalam kontek yang tepat. Yaitu:
a.       Konteks personal
Liberalisme dalamkonteks personal ingin mengatakan bahwa para penganut liberalisme atau orang yang oiberal adalah orang yang mempunyai sikap, cara berfikir, mentalitas yang kritis terhadap adat-istiadat, cara teradisi dan konvensi. Ia tidak mau terikat pada yang sudah ditetapkan atau yang sudah mapan, tetapi terbuka kepada kemungkinan-kemungkinan lain yang memnurut pertingbangan akalnya akan lebih baik dan bermanfaat. Dalam arti ini liberalisme merupakan suatu metode, dan bukan suatu ajaran, doktrin ataupun idiologi.
b.      Konteks ekonomi
Liberalism dalam konteks ekonomi ingin mengatakan bahwa hidup perekonomian merupakan bidang yang harus dikembangkan sesuia dengan kodrat manusia yang bebas, sehingga perekonomian memang seharusnya berdasar atas prinsip pasar bebas( free market). Artinya semua hubungan ekonomi tercipta oleh pasar bebas, campur tangan dari pihak penguasa mana pun tidak dapat dibenarkan. Dasar filosofisnya bahwa manusia yang merdeka mengetahui sendiri apa yang paling baik bagi dirinya sendiri. Biarlah dia memenuhi kebutuhannya sendiri sesuai dengan seleranya dan kehendaknya sendiri. Yang baik bagi seseorang adalah mendatangkan kenikmatan yang buruk adalah yang mendatangkan rasa sakit ( filsafat hedonism dan utilitarisme dari Jeremy bentam). Nilai sesuatu akan ditentukan oleh hukum penawaran dan permintaan.
Peraturan dari pemerintah yang mengatur harga barang dan jasa tidak dapat dipertahankan. Liberalisme dalam konteks yang ektrem terjadi dalam era liberalisme klasik, dimana berlaku semboyan: laissez faire, laissez passer, taut le monde va luimeme ( biar terjadi biar berlalu, semuanya akan terjadi denga semdirinya) dalam pengertian ini pemerinta yang baik adalah yang campur tangan sesedikit mungkin  dalam bidang ekonomi, bahkan dalam bidang-bidang lain dapat ditangani oleh masyarakat atau swasta.
c.       Konteks politik
Liberalism dalam konteks politik mengandung makna menentang segala bentuk pemerintahan yang otoriter, seperti dalam monarki absolute atau  dictator. Paham ini mencurigai segala bentuk kuasa, karena kuasa cenderung berkembang menjadi semakin besar dan menindas, maka harus selalu dibatasi . konstitusi adalah pembatasan bagi kekuasaan. Dasar filosofisnya adalah pandangan bahwa manusia individual itu tercipta dengan hak-hak yang tak dapat diambil oleh oarng lain. Kekuasaan politis diciptakan oleh individu-individu yang sama jadi tidak boleh meniadakan hak-hak asasinya sendiri. Liberalisme dalam konteks politik tidak dapat dipisahkan dari individualisme, serta pandangan kontraktual tentang Negara dan konstitusionalisme sebagaimana diajarkan oleh Thomas Hobbes, John Locke, Jeans Jacques Rousseau dan Montesquieu. 

1.2. akar-akr liberalisme
              Meskipun kata ‘’ liberalisme’’ untuk pertama kali dipakai di spanyol tahun 1811 (sebutan utuk pengaturan Negara secara konstitusional sebagai pengaruh revolusi prancis zaman napoleon) akan tetapi paham itu mempunyai akar yang lebih jauh dan dalam. Kesadran bahwa sebagai individu mansuia mempunyai tanggung jawab pribadi bahwa tanggung jawab terakhir tidak dapat dibebankan pada orang lain, sudah terdapat ajaran para nabi, dalam tradisi yahudi-kristen, dalam ajaran para filsuf yunani sejak sebelum Socrates, ‘’sabda bahagia ‘’ dalam injil. Manusia harus mempertanggungjawabkan segala tindakannya sendiri, tidak dapat minta tolong kepada orang lain. Tetapi dominasi dalam bidang keagamaan dan kebudayaan dari gereja selama abad pertengahan belum memungkinkan individualism ( dalam arti positif dan negatif) itu berkembang.
              Liberalism benar-benar berkembang mulai kira-kira pada abad ke-14, pada akhir abad pertengahan dan awal zaman renaissance. Pada waktu itu struktur sosial eropa  mengalami perubaha yang mendasar, dengan munculnya golongan baru yaitu borjuis. Sebelumnya selama berabad-abad struktur  masyarakat terbagi  menjadi tiga golongan: rohaniawan, bangsawan, dan rakyat dalam abadi atau kawula. Penggolongan ini lebih mencerminkan berbagai status atau derajat, dari situ  muncul pengertian ‘’ estate’’ yang dipakai dalam ‘’general estate’’. Status tercipta karena karena sistem kepemilikan tanah. Hidup perekonomian terpusat pada mereka yang mempunyai tanah, yang tinggal di ‘’manor’’ ( kastil atau istana bangsawan). Dari situ timbul istilah ‘’manorial economy’’. Ketika kerajinan atau industry rumahan dan perdagangan mulai berkembang, ‘’manorial economy’’ beralih ke ‘’money economy’’ dan pusat kegiatan ekonomi beralih ke kota-kota.   Kaum pedagang ini mempuyai cirri-ciri yang berbeda dari mereka yang dapat digolongkan dalam salah satu dari tiga statu di atas. Adapun cirri-ciri golongan borjuis yang pokok adalah:
a.       Secara alami mereka memusuhi golongan atau kelompok yang sudah mapam dan mempunyai privilese. Mereka mempunyai antipasti terhadap semua jenis otoritas baik kegerejaan maupun sekuler. Mereka mempunyai pandangan bahwa hubungan sosial dan politik pada hakikatnya bersifat kontrktual dan struktur sosial-politik seperti de facto ada itu dapat diubah, bukan hasil proses alamiah yang akan berlangsung selamanya. Mereka mempuyai konsep baru tentang kemerdekaan yaitu bebas dari segala pembatasan dari luar. Pandangan ini berbeda dari paham klasik tentang kebebasn di mana manusia bebas untuk mencapai kesempurnaan dalan statusnya masing-masing
b.      Beberapa factor pendukung perkembangan liberalisme adalah iklim antroposentris, intelektual dan individualism. Pandangan tentan manusia pada zaman renaissance bersifat antroposentris, manusia menjadi pusat segala-galanya. dipandang dari masa sebelumnya yaitu abad pertengahan , cara berpikir ini merupakan revolusi besar. Sebelumnya yang menjadi pusat dari degala sesuatu adalah Tuhan. Maka semua yang bersifat rohani, spiritual supernatural, amat dijunjung tinggi. Akibatnya positif dari antroposentrisme ini adalah bahwa manusia berani untuk menjelajahi wilayah-wilayah yang dahulu dianggap tabu oleh ajaran agama yaitu wilayah dalam diri manusia dan wilayah di luar manusia.

Perkembangan Ideologi Komunisme dan Sosialisme



Perkembangan Ideologi Komunisme dan Sosialisme

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Intelektual
Dosen Pengampuh Dr.Suranto, M.Pd




Oleh:
1.      Wahyu Bagustiadi            (120210302014)






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014



PEMBAHASAN


1.1 Konsep Dasar komunisme


Dalam beberapa referensi disebutkan bahwa aliran komunisme ini lahir di Jerman dan secara teoritis peletak dasarnya adalah Karl Marx (1818-1883). Karl Marx merupakan sosok yang egoistis dan materialistis yang dibuktikan dalam karyanya yang terkenal antara lain “Manifesto Komunis tahun 1848 dan Das Kapital 1867”. Dalam membuat teorinya Karl Marx dibantu oleh Frederick Angel yang hidup pada tahun 1820-1895. Frederick Angel menghasilkan beberapa karya antara lain Asal Usul Keluarga, Orang-orang Khusus dan Negara, Dualisme Dalam Alam, Sosialisme Khurafat dan Sosialisme Ilmiah. Begitu luasnya pengaruh komunisme Karl Max ini, sehingga dalam perkembangan selanjutnya kemudian menjelma dalam bentuk revolusi di Rusia (Bolshevik) pada Nopember 1917 atau awal berdirinya Uni Sovyet. Setelah revolusi Rusia, dibentuklah Komunisme Internasional (Komintern) karena banyak negara-negara yang berhaluan ideologi komunisme.Terbentuknya komunisme internasional merupakan peluang besar bagi para tokoh ideologi komunisme untuk menyebarluaskan pengaruhnya ke seluruh penjuru dunia, termasuk ke Indonesia.
Komunisme yang dilahirkan oleh Karl Marx berangkat dari revolusi industri yang membiarkan penghisapan manusia di atas manusia lain tanpa mengenal batas keprikemanusiaan. Cita-cita Marx adalah masyarakat tanpa kelas yang tidak ada Tuan dan Hamba.Masyarakat yang tidak terobsesi oleh kerja semata, sehingga tidak teralienasi secara psikologis dan materi.Ideologi komunisme jatuh ke dalam angan-angan kembalinya surga dunia setelah Adam dan Hawa terlempar dari “Surga” yang sebenarnya.Dengan “menyingkirkan” Tuhan, mereka meinginginkan surga dunia. Tetapi tidaklah mungkin bisa mendapatkan surga dunia apabila menganggap bahwa surga dunia (baca: ideologi) adalah sebuah realitas nyata manusia.
Keadaan tanpa kelas dan batas adalah dunia ideal yang terus jadi pegangan rohani manusia.Kenyataan sehari-hari hidup manusia penuh dengan paradoks-paradoks.Tuan dan Hamba adalah kenyataan yang harus diterima.Tanpa paradoks-paradoks itu manusia hanyalah manusia tanpa cela, tanpa dinamika dan tanpa rasa.Selama keadilan menjadi tujuan akhir, maka selama itu pula perjuangan umat manusia untuk demokrasi dan hak asasi terus berlangsung.
Melihat latar belakang munculnya komunisme dan perjuangan cita-citanya, tampak sekali bahwa komunisme adalah utopi lahirnya dunia tanpa batas negara dan kelas sosial.Manusia yang bebas berekspresi, kreatif dan terlepas dari tekanan sosial.Dalam komunisme perubahan sosial harus dimulai dari pengambil alihan alat-alat produksi melalui peran Partai Komunis.Logika secara ringkasnya, perubahan sosial dimulai dari buruh atau yang lebih dikenal dengan proletar namun pengorganisasian Buruh hanya dapat berhasil dengan melalui perjuangan partai.Partai membutuhkan peran Politbiro sebagai think-tank.Dapat diringkas perubahan sosial hanya bisa berhasil jika dicetuskan oleh Politbiro.
Komunisme sebagai anti-kapitalisme menggunakan sistem partai komunis sebagai alat pengambil alihan kekuasaan dan sangat menentang kepemilikan akumulasi modal atas individu. pada prinsipnya semua adalah direpresentasikan sebagai milik rakyat dan oleh karena itu, seluruh alat-alat produksi harus dikuasai oleh negara guna kemakmuran rakyat secara merata, Komunisme memperkenalkan penggunaan sistim demokrasi keterwakilan yang dilakukan oleh elit-elit partai komunis oleh karena itu sangat membatasi langsung demokrasi pada rakyat yang bukan merupakan anggota partai komunis karenanya dalam paham komunisme tidak dikenal hak perorangan sebagaimana terdapat pada paham liberalisme.
Secara umum komunisme berlandasan pada teori Materialisme Dialektika dan Materialisme Historis oleh karenanya tidak bersandarkan pada kepercayaan mitos, takhayul dan agama dengan demikian tidak ada pemberian doktrin pada rakyatnya, dengan prinsip bahwa "agama dianggap candu" yang membuat orang berangan-angan yang membatasi rakyatnya dari pemikiran ideologi lain karena dianggap tidak rasional serta keluar dari hal yang nyata (kebenaran materi).
1.      Kurang menghargai manusia sebagai individu. Manusia itu seperti mesin. Kalau sudah tua rusak, jadilah ia rongsokan tidak berguna lagi seperti rongsokan mesin. Komunisme juga kurang menghargai individu, terbukti dari ajarannya yang tidak memperbolehkan ia menguasai alat-alat produksi.
2.      Mengajarkan teori perjuangan (pertentangan) kelas, misalnya proletariat melawan tuan tanah dan kapitalis. Pemerintah komunis di Rusia pada zaman Lenin pernah mengadakan pembersihan kaum kapitalis (1919-1921). Selain pada tahun 1927 mengadakan pembersihan kaum feodal atau tuan tanah.
3.      Mempunyai doktrin the permanent atau continous revolusion (revolusi terus-menerus). Revolusi itu menjalar ke seluruh dunia. Maka, komunisme sering disebut go International.
4.      Mempunyai program tercapainya masyarakat yang makmur, masyarakat komunis tanpa jelas, dan semua orang sama.
5.      Dalam dunia politik komunisme menganut sistem politik satu partai, yaitu komunis.

1.2 Perkembangan Paham Komunisme


   -komunisme di China
Ideologi komunisme di Tiongkok agak lain daripada dengan Marxisme-Leninisme yang diadopsi bekas Uni Soviet. Mao Zedong menyatukan berbagai filsafat kuno dari Tiongkok dengan Marxisme yang kemudian ia sebut sebagai Maoisme. Perbedaan mendasar dari komunisme Tiongkok dengan komunisme di negara lainnya adalah bahwa komunisme di Tiongkok lebih mementingkan peran petani daripada buruh. Ini disebabkan karena kondisi Tiongkok yang khusus di mana buruh dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari kapitalisme
Menurut definisi resminya, RRC merupakan suatu negara komunis karena ia memang merupakan negara komunis pada kebanyakan abad ke-20 yang lalu. Secara resmi ia masih dikenal sebagai negara komunis, meskipun sejumlah ilmuwan politik kini tidak mendefinisikannya sebagai negara komunis. Tiada definisi yang tepat yang dapat diberikan kepada jenis pemerintahan yang diamalkan negara ini, karena strukturnya tidak dikenal pasti. Salah satu sebab masalah ini ada adalah karena sejarahnya, Cina merupakan negara yang diperintah oleh para kaisar selama 2000 tahun dengan sebuah pemerintahan pusat yang kuat dengan pengaruh Kong Hu Cu. Setelah tahun 1911 pula, Cina diperintah secara otokratis oleh KMT dan beberapa panglima perang dan setelah 1949 pula didobrak partai komunis Cina.
Setelah Perang Dunia II, Perang Saudara Cina antara Partai Komunis Cina dan Kuomintang berakhir pada 1949 dengan pihak komunis menguasai Cina Daratan dan Kuomintang menguasai Taiwan dan beberapa pulau-pulau lepas pantai di Fujian. Pada 1 Oktober 1949, Mao Zedong memproklamasikan Republik Rakyat Cina dan mendirikan sebuah negara komunis.
Para pendukung Era Maoisme, yang terdiri dari kebanyakan rakyat Cina miskin dan lebih tradisionil atau nasionalis dan pemerhati asing yang percaya kepada komunisme, mengatakan bahwa di bawah Mao, persatuan dan kedaulatan Cina dapat dipastikan untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade terakhir, dan terdapat perkembangan infrastruktur, industri, kesehatan, dan pendidikan, yang mereka percayai telah membantu meningkatkan standar hidup rakyat. Mereka juga yakin bahwa kampanye seperti Lompatan Jauh ke Depan dan Revolusi Kebudayaan penting dalam mempercepat perkembangan Cina dan menjernihkan kebudayaan mereka.Pihak pendukung juga ragu terhadap statistik dan kesaksian yang diberikan mengenai jumlah korban jiwa dan kerusakan lainnya yang disebabkan kampanye Mao.
Meskipun begitu, para kritikus rezim Mao, yang terdiri dari mayoritas analis asing dan para peninjau serta beberapa rakyat Cina, khususnya para anggota kelas menengah dan penduduk kota yang lebih terbuka pemikirannya, mengatakan bahwa pemerintahan Mao membebankan pengawasan yang ketat terhadap kehidupan sehari-hari rakyat, dan yakin bahwa kampanye seperti Lompatan Jauh ke Depan dan Revolusi Kebudayaan berperan atau mengakibatkan hilangnya jutaan jiwa, mendatangkan biaya ekonomi yang besar, dan merusak warisan budaya Cina. Lompatan Jauh ke Depan, pada khusunya, mendahului periode kelaparan yang besar di Cina yang, menurut sumber-sumber Barat dan Timur yang dapat dipercaya, mengakibatkan kematian 45 juta orang[2]; kebanyakan analis Barat dan Cina mengatakan ini disebabkan Lompatan Jauh ke Depan namun Mao dan lainnya mengatakan ini disebabkan musibah alam; ada juga yang meragukan angka kematian tersebut, atau berkata bahwa lebih banyak orang mati karena kelaparan atau sebab politis lainnya pada masa pemerintahan Chiang Kai Shek.
Setelah kegagalan ekonomi yang dramatis pada awal 1960-an, Mao mundur dari jabatannya sebagai ketua umum Cina.Kongres Rakyat Nasional melantik Liu Shaoqi sebagai pengganti Mao.Mao tetap menjadi ketua partai namun dilepas dari tugas ekonomi sehari-hari yang dikontrol dengan lebih lunak oleh Liu Shaoqi, Deng Xiaoping dan lainnya yang memulai reformasi keuangan.
Pada 1966 Mao meluncurkan Revolusi Kebudayaan, yang dilihat lawannya (termasuk analis Barat dan banyak remaja Cina kala itu) sebagai balasan terhadap rival-rivalnya dengan memobilisasi para remaja untuk mendukung pemikirannya dan menyingkirkan kepemimpinan yang lunak pada saat itu, namun oleh pendukungnya dipandang sebagai sebuah percobaan demokrasi langsung dan sebuah langkah asli dalam menghilangkan korupsi dan pengaruh buruk lainnya dari masyarakat Cina. Kekacauan pun timbul namun hal ini segera berkurang di bawah kepemimpinan Zhou Enlai di mana para kekuatan moderat kembali memperoleh pengaruhnya. Setelah kematian Mao, Deng Xiaoping berhasil memperoleh kekuasaan dan janda Mao, Jiang Qing beserta rekan-rekannya, Kelompok Empat, yang telah mengambil alih kekuasaan negara, ditangkap dan dibawa ke pengadilan.
Sejak saat itu, pihak pemerintah telah secara bertahap (dan telah banyak) melunakkan kontrol pemerintah terhadap kehidupan sehari-hari rakyatnya, dan telah memulai perpindahan ekonomi Cina menuju sistem berbasiskan pasar.
Para pendukung reformasi keuangan – biasanya rakyat kelas menengah dan pemerhati Barat berhaluan kiri-tengah dan kanan – menunjukkan bukti terjadinya perkembangan pesat pada ekonomi di sektor konsumen dan ekspor, terciptanya kelas menengah (khususnya di kota pesisir di mana sebagian besar perkembangan industri dipusatkan) yang kini merupakan 15% dari populasi, standar hidup yang kian tinggi (diperlihatkan melalui peningkatan pesat pada GDP per kapita, belanja konsumen, perkiraan umur, persentase baca-tulis, dan jumlah produksi beras) dan hak dan kebebasan pribadi yang lebih luas untuk masyarakat biasa.
Para pengkritik reformasi ekonomi – biasanya masyarakat miskin di Cina dan pemerhati Barat berhaluan kiri, menunjukkan bukti bahwa proses reformasi telah menciptakan kesenjangan kekayaan, polusi lingkungan, korupsi yang menjadi-jadi, pengangguran yang meningkat akibat PHK di perusahaan negara yang tidak efisien, serta telah memperkenalkan pengaruh budaya yang kurang diterima. Akibatnya mereka percaya bahwa budaya Cina telah dikorupsi, rakyat miskin semakin miskin dan terpisah, dan stabilitas sosial negara semakin terancam.
Meskipun ada kelonggaran terhadap kapitalisme, Partai Komunis Cina tetap berkuasa dan telah mempertahankan kebijakan yang mengekang terhadap kumpulan-kumpulan yang dianggap berbahaya, seperti Falun Gong dan gerakan separatis di Tibet.Pendukung kebijakan ini – biasanya penduduk pedesaan dan mayoritas kecil penduduk perkotaan, menyatakan bahwa kebijakan ini menjaga stabilitas dalam sebuah masyarakat yang terpecah oleh perbedaan kelas dan permusuhan, yang tidak mempunyai sejarah partisipasi publik, dan hukum yang terbatas. Para pengkritik – umumnya minoritas dari rakyat Cina, para rakyat pelarian Cina di luar negeri, penduduk Taiwan dan Hong Kong, etnis minoritas seperti bangsa Tibet dan pihak Barat, mengatakan bahwa kebijakan ini melanggar hak asasi manusia yang dikenal komunitas internasional, dan mereka juga mengklaim hal tersebut mengakibatkan terciptanya sebuah negara polisi, yang menimbulkan rasa takut. Cina mengadopsi konstitusi yang kini digunakan pada 4 Desember 1982. (Wikipedia.com)

Komunisme di Rusia
Uni Soviet merupakan federasi negara -negara sosialis komunis yang dirintis berdirinya oleh Lenin dengan kaum Bolsheviknya setelah dapat menggulingkan kekuasaaan Tsar Nicolas II tahun 1917 melalui Revolusi Bolshevik.Tahun 1922 Lenin mengganti Rusia menjadi Uni Soviet dengan Lenin sebagai pemimpinnya. Federasi ini beranggotakan antara lain Rusia, Lithuania,  Latvia, Belarusia, Ukraina, Armenia, Georgia, dan Estonia. Mereka disatukan di bawah kekuasaan Partai Komunis Uni Soviet.
Bermula dari Kerajaan Rusia yang diikuti oleh Revolusi Oktober pada paruh waktu 1917 dan perang sipil Rusia pada tahun 1918 – 1921, Uni Soviet dulunya adalah serikat dari beberapa negara komunis timur. Batas-batas geografinya berubah-ubah dari waktu ke waktu, namun dari pendudukan terakhir, wilayahnya kira-kira sama dengan luas Kerajaan Rusia, diluar dari negara Polandia dan Finlandia. Sebagai negara terbesar dan tertua yang berbasis komunis yang pernah ada, Uni Soviet menjadi model utama negara komunis pada jaman Perang Dingin; yang artinya pemerintahan dan partai politiknya dikuasai oleh partai komunis.
Dari kurun waktu 1945 hingga runtuhnya pemerintahan ini di tahun 1991, atau yang lebih dikenal dengan masa-masa Perang Dingin, Uni Soviet dan Amerika Serikat adalah dua negara adidaya yang menguasai ekonomi dunia, hubungan internasional, operasi militer, pertukaran budaya termasuk perlombaan penguasaan luar angkasa dan olahraga.
Pada waktu Uni Soviet dipimpin oleh Michael Gorbachev ,ia melontarkan ide pembaharuan atau restrukturisasi melalui Glasnot (Keterbukaan) ,dan Perestroika( demokratisasi) . Hal ini dimaksudkan untuk mengejar ketertinggalan Uni Soviet dalam bidang ekonomi dan politik dibandingkan dengan negara-negara Eropa Barat.Tetapi setelah gagasan itu disampaikan oleh Michael Gorbachev muncul berbagai pergolakan di berbagai Republik bagian Uni Soviet, hingga pada akhirnya Gorbachev tidak mampu merngendalikannya.Pembaharuan dan perubahan yang tadinya dimaksudkan untuk memajukan Uni Soviet justru menjadi sebab utama runtuhnya Uni Soviet.
Republik - republik yang menuntut kemerdekaan dan ingin melepaskan diri dari Uni Soviet antara lain Lithuania,Latvia,Estonia,Ukraina,Armenia, dan Maldavia. Sedangkan Rusia dan Georgia menuntut otonomi penuh, sedangkan republik-republik yang lain menuntut Uni Soviet dibubarkan.
Secara umum sebab-sebab runtuhnya Uni Soviet adalah:
1.Sistem Marxisme ternyata tidak memiliki kontrol efektif baik terhadap bodang politik maupun ekonomi,
2.Marxisme tidak memiliki kelenturan dalam menghadapi perubahan jaman,
3.Kebijakan Gorbchevtentang Pertestroika dan Glasnot bertentangan dengan Marxisme,
4.Adanya kebijakan lain dari Gorbachev yang membahayakan keberadaan sosialisme komunisme,antara lain:
·         menjalankan sistem pasar bebas di UnI Soviet,
·         merestui berdirinya pemerintahan koalisi non komunis di Polandia,
·         membiarkan dibukanya Tembok Berlin,
·         membiarkan diktator komunis Rumania Ceausescu dijatuhkan,
·         mengususlkan adanya ,multipartai dan dihapuskannya monopoli Partai Kominis Uni Soviet,
·         membiarkan negara-negara Eropa Timur melucuti kekuasaan partai Komunis,
Marxisme yang lebih mengandalkan kekuatan kaum buruh, tidak sesuai dengan keadaan Uni Soviet yang sebagian besar penduduknya kaum petani yang ingin mempunyai hak milik.

1.3 Perkembangan Paham Komunisme di Indonesia

.
Masuknya Komunis ke Indonesia
  • Berdirinya ISDV (Indische Sociaal Democratische Vereeniging)
Faham komunis masuk ke Indonesia oleh HFJ Sneevliet (1883-1942) tahun 1913[4].Sebagaimana di negeri-negeri lain, yang tertarik pada faham komunis umumnya adalah kaum jelata karena memang faham ini konon untuk membela kaum jelata dan menjadikan kaum elit sebagai musuh. Adapun basis pendukungnya adalah buruh dan tani. Di Indonesia, jelas faham komunis mendapat lahan yang subur. Tatanan kolonial menjadikan bangsa Indonesia sengsara di negeri sendiri, selain miskin juga tertindas.Sneevliet membentuk organisasi bernama ISDV (Indische Sociaal Democratische Vereeniging) tahun 1914.[5]
Atas prakarsa Sneevliet pada tahun 1914 didirikan Persatuan Sosial Demokrat Indonesia (ISDV), yang pada awalnya terdiri dari 85 anggota dua partai sosialis Belanda (Partai Buruh Sosial Demokrat yang berbasis massa di bawah kepemimpinan reformis, dan Partai Sosial Demokrat yang merupakan cikal bakal Partai Komunis, terbentuk setelah perpecahan politik dengan SDAP di tahun 1909)
Sejak mulanya tendensi revolusioner mengendalikan ISDV, sikapnya militan terhadap isu-isu lokal (misalnya, kampanye mendukung seorang jurnalis Indonesia yang diadili karena melanggar hukum pengendalian pers, dan juga mengadakan rapat umum menentang persiapan perang yang dilakukan oleh pemerintah Belanda) dan selain itu ISDV juga melibatkan diri dalam pergerakan nasional.Pada tahap itu orang Eropa anggota ISDV Belanda boleh masuk Insulinde sebagai anggota individual.Pimpinan Insulinde dan Sarekat Islam bersifat kelas menengah, tetapi senang dan bersyukur menerima bantuan dari ISDV, dan hanya kaum sosialis siap membantu pada saat itu.
Namun demikian, tak terelakkan konflik mulai timbul antara kepemimpinan ISDV dan Insulinde, dan juga di dalam ISDV sendiri.ISDV menegaskan bahwa pejuangan melawan penjajahan Belanda harus didukung kaum sosialis, dan menyatakan bahwa hal ini mencakup perjuangan melawan sistem kaptialis.Pimpinan kelas menegah Insulinde (seperti para pemimpin SI kemudian) secara naluriah menolak dengan keras pikiran itu, dan mengedepankan “teori dua tahapan”. Dalam ISDV sendiri aliran refomis meninggalkan partai itu di tahun 1916 dan mendirikan Partai Sosial Demokrat Indonesia (ISDP), yang dalam waktu singkat langsung dekat dengan pemimpin kelas menengah nasionalis. Di sisi lain, ISDV makin digemari dan dihormati kaum militan Indonesia karena berani dan berprinsip dalam hal politik lokal. Walaupun diserang para pemimpin nasionalis karena banyak yang berketurunan Belanda, hal ini tidak merupakan rintangan dalam perjuangan membangun organisasi revolusioner, dan merebut dukungan massal.
Banyak masalah sulit yang dihadapi oleh ISDV di periode awal bangkitnya gerakan politik massa ini. Pada 1915-18 penguasa Belanda menanggapi gerakan massa yang tumbuh dengan mendirikan semacam “Volksraad” yang bertujuan membendung militansi massa. ISDV – berlawanan dengan pimpinan nasionalis dan ISDP – pada mulanya memboikot badan ini, tetapi kemudian membatalkan keputusan itu ketika mulai jelas bahwa Volksraad itu dapat dimanfaatkan sebagai medan propaganda revolusioner.
Sneevliet juga memegang peran penting dalam Serikat Staf Kereta Api dan Trem (VSTP), pada saat itu kecil saja, dan sebagian besar anggotanya berkulit putih.Sneevliet mengarahkan VSTP kepada bagian besar buruh yang pribumi, dan pada saat bersamaan berusaha menguatkan struktur organisasinya dengan menegaskan pentingnya pengurusan cabang cabang yang baik, juga konperensi tahunan, penarikan sumbangan anggota, dsb.Dalam jangka waktu singkat anggota serikat ini menjadi dua kali lipat, dan sebagian besar pribumi.Kesuksesan VSTP meraih hormat bagi gerakan sosialis, dan memungkinkan Sneevliet merekrut para aktivis buruh ke dalam ISDV. Yang terpenting di antaranya adalah Semaun, seorang pemuda buruh perusahaan kereta api yang pada tahun 1916 (saat berusia 17 tahun), menjadi kepala Serikat Islam di Semarang, dan di kemudian hari menjadi tokoh penting dalam PKI.
Liberalisme Belanda tidak mendorong perjuangan buruh. Pemogokan dibalas dengan PHK massal, pembuangan para aktivis ke pulau-pulau terpencil, dan tindakan apa saja yang perlu untuk menghancurkan gerakan buruh. Dalam periode itu jarang sekali pemogokan buruh menemui kesuksesan, dan tidak mungkin berhasil memengaruhi perjuangan luas.Dilawan oleh majikan yang kuat, terbatas kemungkinan memajukan kondisi kaum buruh lewat perundingan.
Meskipun demikian gerakan serikat buruh bertahan dan berkembang.Kenyataan ini hanya bisa diterangkan dengan kekuatan dan daya tahan kaum buruh, dengan tumbuhnya jumlah dan pengalaman kaum buruh, dan di pihak lain, diterangkan oleh kenyataan bahwa perjuangan serikat buruh] tidak dapat dipisahkan dari perjuangan yang lebih luas yang dilakukan oleh rakyat Indonesia dalam melawan penindasan dan penghisapan pemerintah Belanda.
Sebagian besar kaum petani tetap mengikuti adat dan agama, kelihatannya pasif kalau ditindas, petani pada waktu itu pandangannya terbatas oleh kepentingan dan masalah kehidupan desa, tidak dapat diharapkan menunjang program sosialis dengan pemikiran yang termaju.Kaum petani hanya bisa memihak segi program sosialis yang merefleksikan kepentingan kaum tani sendiri, dan memihak perjuangan militan yang membantu tuntutan itu.Namun dukungan seperti itu juga biasanya sporadis, ekspolsif, dan tidak lengkap, selaras dengan karakter kaum tani sendiri – yaitu suatu kelas yang heterogen, produsen kecil yang terisolir, dan yang menurut kepentingan sendiri. Oleh karena itu kaum petani mungkin memihak kaum buruh, tetapi juga mungkin memihak demagogi kaum nasionalis, mistik agama atau aliran lain yang menawarkan pemecahan segera bagi persoalan kongkrit yang mereka hadapi.
Faktor lain yang penting di Indonesia, sebagaimana juga hal ini terjadi di dunia kolonial secara umum, ialah kelas menengah yang berpendidikan dan berharta milik – meskipun kecil, mereka ini adalah kekuatan yang signifikan. Kelas menengah juga sulit memihak program kaum buruh karena hanya bergerak di bidang politik untuk menahan kepentingan sendiri kepentingan borjuis, meskipun bertentangan dengan imperialism.Perjuangan bersama mungkin dilakukan antara kelas buruh dan kelas menengah hanya karena keduanya menghadapi musuh imperialisme, tetapi tujuan fundamenatal dan metode kelas menengah berbeda dengan tujuan dan metode kelas buruh. Kelas menengah, atau bagian-bagian darinya, dapat meninggalkan pemikiran bersifat utopis dan dan program reaksioner mereka hanya sebab mereka akhirnya mulai insaf bahwa tidak ada pilihan lain yang praktis, namun kemungkinan ini akan lama prosesnya serta sangat kontradiktif dengan kelas menengah sendiri. Mulanya kelas menengah akan berkembang secara terpisah dari gerakan kelas buruh dan, karena menyuarakan keluhan semua lapisan yang tertindas, mereka bisa memperoleh dukungan massal. Karena berpendidikan dan agak makmur, mereka agak jauh dari kehidupan orang biasa, tetapi oleh karena itu pula mereka makin yakin dan pandai, dan makin berwibawa di mata kaum petani dan sebagian kaum buruh yang terbelakang.
Walaupun makin berpengaruh, ISDV – seperti PKI kemudian – tetap merupakan organisasi kecil.Jumlah anggota ISDV naik dari 103 tahun 1915 (dengan hanya tiga anggota pribumi) menjadi 330 di tahun tahun 1919 (300 pribumi).Dalam arti ini ISDV menjadi partai kader – partai para aktivis dan pemimpin yang kuat dukungan di serikat buruh, di perkotaan, dan juga pedesaan.Orientasi kelas ISDV paling jelas terrefleksi dalam kedudukannya yang kuat di dalam gerakan serikat buruh. Ferderasi pertama serikat buruh, didirikan pada tahun 1919, terdiri dari 22 serikat, dan anggotanya berjumlah 72,000, dan sebagian menurut ISDV, dan bagian lain memihak pimpinan nasional SI. Sesudah berberapa tahun kontrol pimpinan SI yang kurang cakap mengalami perpecahan, kecuali di berberapa serikat pegawai (pekerja kerah putih).
Kewibawaan ISDV dicerminkan juga dengan dukungan massa terhadapnya di dalam tubuh SI sendiri. Dengan mengingat populasi Indonesia, jumlah penganut itu merupakan langkah awalan saja yang secara praktis perlu dikonsolidasikan sebagai simpul di setiap daerah yang kemudian menjadi dasar gerakan nasional yang didukung oleh jutaan orang, dengan intinya kader Marxis.Jika kondisi begini sudah tercapai barulah mungkin menempatkan ikhwal perebutan kekuasaan ke dalam agenda partai.
Dalam pengertian perspektif dan teoris, di satu sisi, sebagai organisasi kader ISDV amat lemah.Pengusiran Sneevliet dari Indonesia pada tahun 1918 meninggalkan jurang tak terjembatani di pucuk pimpinan organisasi itu.Tidak ada pemimpin, baik keturunan Belanda maupun pribumi, walaupun trampil sebagai pejuang revolusioner, memiliki pengalaman dan pemandangan marxis yang cukup luas untuk mengemudikan partai secara tepat saat menghadapi tikungan yang tajam dan mendadak.
Potensi revolusioner ISDV yang gemilang pada era itu ditunjukkan tahun 1917-18, saat partai itu segera mendukung Revolusi Rusia dan dengan cepat menarik implikasi revolusi itu bagi revolusi di negara Eropa dan Indonesia sendiri. Belajar dari pengalaman Rusia, ISDV mulai mengorganisir serdadu dan pelaut di Indonesia, dan dengan usaha itu berhasil menarik pengikut sekitar 3,000 orang di angkatan bersenjata Belanda.
Pada akhir tahun 1918, saat Belanda di ambang revolusi, pemerintah kolonial bingung karena kelihatannya mungkin ada perebutan kekuasaan revolusioner di Belanda, dan mungkin sesudahnya di Indonesia juga.Pada saat itu sosial demokrat Belanda kehilangan keberaniannya.Pemerintah kolonial menjanjikan berberapa perbaikan situasi, dan situasi revolusioner reda.
Situasi di Indonesia pada tahun 1918-19 penuh gejolak, karena kisis ekonomi menghantam para pekerja dan timbulkan perlawanan dengan kekerasan di kalangan kaum tani.Kejadian ini melatarbelakangi pertumbuhan ISDV/PKI secara massal, dan juga menyebabkan reaksi dari segi pemerintah.

  • Memecah SI
Indonesia adalah Negara yang penduduknya mayoritas beragama islam. Corak agamis dan anti kolonial jelas menjadi daya tarik kuat bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam organisasi yang beraliran islam. Salah satu organisasi islam yang besar adalah Sarekat Islam. Di bawah pimpinan sosok kharismatis H. ‘Umar Said Tjokroaminoto (1882-1934) organisasi SI kian berbobot.Tokoh ini sudah pernah berurusan dengan aparat hukum kolonial karena faham anti kolonial yang jelas.Pada masa itu berurusan dengan aparat dalam arti melawan penguasa dapat menaikkan martabat dalam pandangan rakyat.Tentu saja juga memiliki resiko besar, termasuk nyawa taruhannya.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, kaum komunis menempuh cara licik. Pendekatan Sneevliet dilakukannya melaui pimpinan SI Semarang yakni Semaun dan Darsono Mereka tidak merasa perlu bersusah payah meraih pengikut dari warga yang belum menjadi anggota suatu partai, tetapi mencoba menyusup masuk Sarekat Islam dan menggembosinya. Dan hasilnya memuaskan, banyak  anggota SI yang terpengaruh. Dengan bantuan Semaoen –tokoh SI yang kelak menjadi tokoh senior PKI– organisasi SI pecah menjadi SI Putih dan SI Merah sebagai akibat pembelotan para anggotanya.Tjokroaminoto bersikap tegas dengan kebijakan larangan beranggota ganda.Melalui pengaruhnya dalam SI dan serikat-serikat buruh, ISDV mengalami perkembangan yang cukup pesat.Perkembangan ISDV juga disebabkan infiltrasi ke dalam tubuh SI yang dianjurkan oleh Sneevliet kepada pengikutnya untuk merangkap sebagai anggota SI. Bahkan pada tanggal 25 Desember 1919 tercapai persetujuan dengan SI yang menghasilkan pembentukan ”Persatuan Pergerakan Kaum Buruh yang meliputi  22 Serikat Buruh dengan 72.000 anggota yang sebagian besar terdiri dari buruh Central Serikat Islam (CSI) Semarang Sebelum munculnya Serikat Islam juga sudah banyak terbentuk serikat-serikat buruh yang menjadi wadah perkumpulan dan konsolidasi kepentingan mereka.
  • Bergolaknya Internal ISDV menentang Pengembosan terhadap SI dan menggunakan pendekatan thd islam untuk menarik massa
Bagi SI, penggembosan tersebut merupakan pukulan berat. Anggotanya berkurang drastis.Namun penggembosan itu juga mendapat tantangan dari intern PKI sendiri. Ibrahim Tan Malaka (1897-1949), aktivis kemerdekaan asal Minangkabau adalah penentang penggembosan. Dia pernah belajar di Eropa sekaligus aktif dalam gerakan kemerdekaan.Kritik pada pemerintah Belanda ketika berada di Belanda menyebabkan dia berurusan dengan aparat. Proses hukum yang dijalani menaikkan martabatnya.
Tan Malaka pernah dicalonkan sebagai anggota parlemen oleh Partai Komunis Belanda, tidak jelas apakah terlaksana.Pada awalnya dia terkesan oleh kemajuan teknologi di negara kapitalis Amerika Serikat dan Jerman.Tetapi sukses Revolusi Bolshevik yang membawa kaum komunis berkuasa di Rusia berakibat dia condong pada komunisme.
Tetapi juga perlu diketahui, diantara sekian banyak tokoh PKI, Tan Malaka yang paling moderat.Dia tidak menerima begitu saja semua doktrin komunis.Praktek komunisme harus disesuaikan dengan keadaan di Indonesia, jangan dibiasakan menjiplak begitu saja pengaruh dari luar.Tan Malaka misalnya tidak setuju dengan faham atheis, doktrin “agama adalah candu” tidak masuk akal baginya.
Tan Malaka pernah menentang pendapat Komintern (Komunis Internasional) yang menyatakan bahwa gerakan Pan Islam adalah bentuk baru imperialisme.Tan Malaka menegaskan bahwa Pan Islam juga anti imperialisme.Tan Malaka mengingatkan komunis untuk mengakui fakta bahwa mayoritas rakyat Indonesia adalah Muslim yang jelas memiliki potensi melawan imperialisme.Maka, yang harus dilaksanakan komunis adalah merangkul kekuatan agamis, bukan memusuhi.Jelas, bahwa menggembosi SI dapat melemahkan perjuangan anti imperialisme.Usulannya gagal diterima. Kegagalan lainnya adalah mencegah PKI ikut perlawanan militer yang kita kenal dengan Revolusi 1926 karena dia menilai PKI masih lemah
Tragisnya, ketika revolusi tersebut gagal Tan Malaka dipersalahkan oleh PKI sebagai penyebab kegagalan.Merasa tidak cocok dengan PKI dia memilih keluar dan membentuk PARI (Partai Republik Indonesia) (1927) dan pada zaman Revolusi 1945 membentuk Partai Murba.Kelak Partai Murba menjadi lawan tangguh PKI.
Setelah mendapat pengikut dari penggembosan SI, PKI semakin giat menambah pengikut dan melaksanakan program.Berbagai pemogokan dan kerusuhan terjadi. PKI meraih banyak pengikut dari pegawai kereta api, mereka membentuk organisasi bawahan (onderbouw) khusus untuk pegawai kereta api. Organisasi bawahan lain juga dibentuk sesuai profesi semisal buruh perkebunan, tani dan sebagainya.
Rezim kolonial menyaksikan ini dengan cemas, tindakan tegas dilaksanakan.Banyak orarng-orang komunis yang ditangkap, rapat dan demonstrasi dibubarkan serta berbagai dokumen di sita atau dimusnahkan.Namun kegiatan PKI belum berhenti dan cenderung semakin garang. Aktivis kemerdekaan lain juga terkena dampaknya.
Keberanian tersebut relatif cepat mendapat simpati rakyat yang memang muak dengan rezim kolonial.Mereka kurang peduli dengan latar belakang PKI sesungguhnya, yang dibutuhkan rakyat adalah pembangkit keberanian melawan.Sesungguhnya bukan PKI yang pertama dituduh terlibat pemberontakan, SI pernah dituduh terlibat hal itu dan beberapa tokohnya sempat ditangkap.Mungkin PKI berusaha meniru SI untuk mendapat simpati sebanyak mungkin.
Di antara yang simpati adalah kelompok agamis dan inilah yang diharapkan PKI ketimbang kelompok nasionalis.Para ulama memiliki pengaruh yang tak dapat diremehkan di tengah masyarakat yang masih menempatkan agama atau perkara ruhani sebagai hal sangat penting dalam hidup dan mati.
Supaya makin berbobot di tengah masyarakat bercorak demikian, sadar tidak sadar PKI menempuh cara yang diusulkan Tan Malaka, bahwa kelompok agamis memiliki potensi besar melawan kolonial sehingga perlu dirangkul. Maka, para propagandis menyebar ke berbagai pelosok mendekati para ulama. Dengan lihai mereka menjelaskan persamaan nilai-nilai agamis dengan komunis, antara lain faham sosialisnya. Para propagandis menjelaskan bahwa agamis dan komunis sama-sama memihak kaum jelata, hanya istilahnya yang berbeda.Komunis memiliki istilah proletar dan agamis memiliki istilah dhuafa. Bahkan di Banten, PKI menampilkan gaya yang aneh, fanatik dengan agama. Sikap aneh tersebut juga ditampilkan di wilayah Surakarta oleh H. Misbakh, dia menyebarkan konsep “Komunisme Islam” dan sempat menggerakkan kerusuhan.
  • Berganti nama Menjadi Partai Komunis Indonesia
Perkembangan ISDV berlanjut dengan pergantian nama menjadi Perserikatan Komunis Indonesia pada tanggal 23 Mei 1920. Dalam pertemuan tanggal 23 Mei itu juga memilih Semaun sebagai Ketua dan Darsono sebagai Wakil Ketua. Selain Semaoen, ada 2 tokoh SI bergabung dengan PKI yang juga menonjol yaitu Alimin Prawirodirdjo (1889-1964) dan Moeso (1897-1948). Kemudian atas usul Moskow, nama Perserikatan diubah menjadi Partai. Tahun 1924 nama Perserikatan Komunis Indonesia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia.  Melihat perkembangan kaum komunis yang sedemikian pesat dan dianggap membahayakan, pimpinan Serikat Islam yang bukan komunis seperti Agoes Salim dan Abdul Moeis mengusulkan diterapkannya disiplin keanggotaan rangkap untuk membendung pengaruh komunis.Pertentangan di dalam tubuh SI melahirkan perpecahan dengan dibentuknya Serikat Islam Merah oleh kaum komunis pada tahun 1923. Selanjutnya SI Merah berubah nama menjadi Serikat Rakyat. Pada perkembangan awal, PKI telah berusaha bergerak di kalangan petani. Hal itu didasarkan kepada keputusan konferensi Kota Gede (Yogyakarta) pada bulan Desember 1923 yang menghendaki agar Serikat Rakyat dipergunakan untuk melakukan hal tersebut. Walaupun sebenarnya hal ini merupakan penegasan atas anjuran Lenin kepada Bangsa-bangsa Timur yang disampaikannya pada bulan November 1919:
”… Di hadapanmu terletak suatu tugas yang tidak pernah dihadapi oleh komunis di seluruh dunia…, kamu harus menyesuaikan dirimu dengan keadaan-keadaan istimewa yang tidak terdapat di negeri-negeri Eropa dan hendaknya dapat mengenakan teori dan praktek pada keadaan-keadaan di mana massa pokok adalah petani..”[6]
Apabila kita sedikit mengamati, PKI yang pada awalnya lebih memfokuskan gerakan dengan menggarap kaum buruh sebagai basis gerakannya justru mengalihkan fokus gerakan dengan menggarap kaum petani, terutama setelah dibentuknya Serikat Rakyat.Gerakan protes terhadap pemerintah kolonial yang dilakukan serikat-serikat buruh yang disponsorori oleh PKI dianggap lebih membahayakan oleh pemerintah kolonial dibandingkan gerakan yang digalang oleh Serikat Islam.Hal itu bukan didasarkan oleh bentuk gerakan yang mereka lakukan, tetapi karena melihat tujuan politik PKI yang lebih luas.Namun, pemimpin PKI menganggap bahwa gerakan dengan menggunakan serikat-serikat buruh sebagai kendaraan politik memiliki beberapa kelemahan terutama mengenai karakter buruh sebagai masyarakat yang dapat langsung berhubungan dengan pengaruh luar sehingga dapat membuat kegoncangan.Selain itu, alasan utama lainnya adalah perbedaan kesadaran sosial dan politik antara kaum buruh di Eropa dengan di Indonesia.Oleh karena itulah PKI lebih condong untuk mengutamakan kaum petani sebagai basis kekuatan politiknya.PKI lebih melihat petani sebagai lapisan masyarakat yang tidak langsung berhubungan dengan pengaruh dari luar, tetapi mereka mengetahuinya dari pemimpinya masing-masing.
PKI Cabang Banten
Sejak awal berdiri ISDV tidak pernah membuka cabang di Banten, meskipun dua orang anggota eksekutifnya yakni Hasan Djajdiningrat dan J. C. Stam tinggal di sana. Awal mula kemunculan PKI di Banten, tidak dapat dilepaskan dari peran yang dimainkan oleh R. Oesadiningrat, seorang karyawan Stasiun Kereta Api Tanah Abang yang dipecat oleh otoritas kolonial yang kemudian aktif di Sarekat Buruh Kereta Api (VSTP) sebagai pengurus harian penuh. Dalam kedudukannya sebagai pengurus VSTP, Oesadiningrat kemudian menggelar rapat akbar sebanyak tiga kali yang dihadiri oleh tokoh PKI terkemuka. Pada bulan Agustus 1924, ia kembali menggelar rapat akbar di Pandeglang dengan tujuan hendak mendirikan Sarekat Rakyat.
Pertumbuhan PKI di Banten terjadi begitu cepat karena pada tahun 1924 baru ada dua orang anggota PKI yang tinggal di Banten.Dalam jangka waktu dua belas bulan, anggota PKI di Banten berjumlah ribuan orang dan terus bertambah pada tahun 1926.Pertambahan anggota PKI yang begitu pesat disebabkan sejak tahun 1925, perantau dari Banten semakin banyak yang kembali ke kampong halamannya dan di antara mereka telah ada yang menjadi anggota PKI.
Beberapa perantau ini berkedudukan sebagai agen propaganda untuk mendirikan cabang PKI di Banten.Salah seorang di antara mereka adalah Tubagus Alipan yang diminta oleh Darsono untuk mendirikan PKI Cabang Banten.Bersama-sama dengan Puradisastra, Tb. Alipan kemudian melakukan upaya untuk mendirikan PKI Cabang Banten.Kedua orang agen propaganda PKI ini kemudian dibantu oleh Achmad Bassaif yang fasih berbahasa Arab.Mereka bertiga kemudian menjadikan Islam sebagai senjata propagandanya.Dalam propagandanya itu, pengertian komunis ditekankan sebagai usaha menentang Belanda dan dipersamakan dengan perang sabil.Hal tersebut kemudian dipertegas oleh Alimin dan Musso yang datang ke Pandeglang sekitar tahun 1925. Di hadapan massa, kedua tokoh PKI ini menguraikan secara panjang lebar soal-soal perjuangan bangsa menghadapi penjajahan Belanda. Dengan demikian, dalam usahanya mendapatkan dukungan dari rakyat Banten, para proganda PKI menghilangkan pengertian komunisme, tetapi kemudian lebih mengedepankan persamaan perjuangan antara Islam dan PKI.Oleh karena itu, para ulama Banten tidak menentang kehadiran PKI di Banten bahkan di antara para ulama itu kemudian ada yang menjadi pengurus PKI Cabang Banten.Selain mendapat dukungan dari para ulama, para petani di Banten pun mendukung terhadap gerakan PKI karena tertarik terhadap janji-janji PKI. PKI menjanjikan kepada para petani bahwa partainya akan membebaskan petani dari pajak kepal/perorangan (hoofdgeld). Pajak inilah yang membuat resah petani sehingga suatu saat akan meledak menjadi sebuah perlawan jika ada yang mampu menggerakkannya. PKI mampu membaca situasi itu sehingga mendapat dukungan penuh dari para petani Banten.
Awalnya, aktivitas PKI dipusatkan di Kabupaten Serang.Akan tetapi, sejak bulan Maret 1926, aktivitas mereka dengan cepat menyebar sampai ke wilayah Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.Aktivitas itu kemudian tidak hanya sekedar menggelar rapat politik, tetapi juga telah bergeser ke arah tindakan kriminal.Oleh karena itu, tidaklah heran kalau situasi pada waktu itu digambarkan penuh dengan kegelisahan.Tidak jarang para anggota PKI ini melakukan tindakan-tindakan anarkis seperti penganiayaan, pemboikatan, pengrusakkan, dan lain-lain.Setelah merasa mendapat dukungan dari masyarakat Banten, PKI kemudian mulai merencanakan pemberontakan.Langkah awal yang diambil adalah mendirikan Dubbel Organisatie (DO) sebuah organisasi rahasia dan illegal untuk mematangkan semangat revolusioner masyarakat Banten.Langkah berikutnya adalah melakukan reorganisasi setelah perginya Puradisastra dan Bassaif ke Batavia.Mereka berdua kemudian menjadi penguhubung PKI Pusat di Batavia dengan PKI Cabang Banten.Pada bulan Mei diselenggarakan rapat yang menghasilkan susunan baru PKI Cabang Banten di bawah kepemimpinan Ishak dan H. Mohammad Noer. Sementara itu, Hasanudin dan Soleiman diangkat sebagai pemimpin DO Banten. Adapun K. H. Achmad Chatib ditunjuk sebagai Presiden Agama PKI Seksi Banten.Setelah rapat itu, semangat revolusioner semakin dan PKI Seksi Banten telah menyatakan kesiapannya untuk melancarkan pemberontakan.Dengan semakin meningkatnya aktivitas PKI Banten, antara bulan Juli – September 1926, pemerintah Hindia Belanda melakukan penangkapan dan penahanan terhadap beberapa pemimpin PKI Banten.
Di Rangkasbitung, empat orang tokoh utama PKI, yakni Tjondroseputro, Atjim, Salihun, dan Thu Tong Hin ditahan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada akhir bulan September 1926. Penahanan ini mengakibatkan pimpinan PKI berada di bawah tangan para ulama dan jawara.Golongan inilah yang kemudian memimpin para petani melancarkan pemberontakan pada bulan November 1926.Target utama pemberontakan ini adalah kaum priyayi dan dipilih secara selektif. Mereka yang akan dibunuh adalah kaum priyayi bukan asli Banten dan suka melakukan kekerasan kepada rakyat. Selain itu, yang menjadi sasaran adalah mereka yang telah dianggap mencemari nama baik Banten. Sementara orang Cina tidak menjadi sasaran karena ada indikasi keterlibatan secara tidak langsung dalam pemberontakan tersebut.Sebagian masyarakat Cina di Labuan dan Menes telah menjual senjata dan amunisi kepada kaum pemberontak.Selain itu, ada juga orang Cina yang telah menjadi pemimpin terkemuka PKI Banten, salah satunya adalah Tju Tong Hin yang bergabung dengan PKI Rangkasbitung.
Analisa Sejarah Lahirnya Komunis di Indonesia
  1. Komunis lahir saat kondisi di Hindis Belanda ( Indonesia ) sedang mangalami ketertindasan akibat system yang diterapkan oleh Belanda à Belanda mencerminkan praktek Kapitalisme dan Feodalisme à Menindas kaum kecil seperti buruh dan petani
  2. Pada awalnya Komunis hendak menghancurkan belanda dan islam, tetapi melihat begitu besarnya rakyat yang beragama islam yang itu bisa dimanfaatkan sebagai massa pro komunis, akhirnya mereka juga menerapkan ide yang awalnya ditentang oleh mereka ( ide untuk tidak menghancurkan islam tapi justru memanfaatkannya dating dari Tan Malaka, ia menganggap dalam menerapkan teori komunis harus melihat konteks wilyah )
  3. Di awal – awal lahirnya, massa yang dibidik adalah buruh, tetapi seiring dengan berjalannya waktu mereka juga melihat bahwa petani bisa dijadikan basis massa yang lebih solid dari pada buruh, akhirnya mereka pun mengalihkan perhatiannya kepada kaum petani dan juga masyarakat islam.
  4. Faktor yang turut berpengaruh terhadap besarnya organisasi ini adalah apa yang mereka tawarkan kepada petani, buruh serta kamuflase nilai komunis yang disamakan dengan nilai islam. Hal ini karena kondisi saat itu benar – benar kondisi yang berat dan menekan kaum kecil seperti buruh dan petani. Dengan propaganda mereka yang dianggap pro rakyat kecil, mereka pun mendapatkan simpati yang cukup besar.



1.4 Konsep Dasar Sosialisme
Sosialisme (sosialism) secara etimologi berasal dari bahasa Perancis sosial yang berarti kemasyarakatan.Istilah sosialisme pertama kali muncul di Perancis sekitar 1830.Umumnya sebutan itu dikenakan bagi aliran yang masing-masing hendak mewujutkan masyarakat yang berdasarkan hak milik bersama terhadap alat-alat produksi, dengan maksud agar produksi tidak lagi diselenggarakan oleh orang-orang atau lembaga perorangan atau swasta yang hanya memperoleh laba tetapi semata-mata untuk melayani kebutuhan masyarakat. Dalam arti tersebut ada empat macam aliran yang dinamakan sosialisme: (1) sosial demokrat, (2) komunisme,(3) anarkhisme, dan (4) sinkalisme (Ali Mudhofir, 1988). Sosialisme ini muncul kira-kira pada awal abad 19, tetapi gerakan ini belum berarti dalam lapangan politik.Baru sejak pertengahan abad 19 yaitu sejak terbit bukunya Marx, Manifes Komunis (1848), sosialisme itu (seakan-akan) sebagai faktor yang sangat menentukan jalannya sejarah umat manusia.
Bentuk lain adalah sosialisme Fabian yaitu suatu bentuk dari teori sosialisme yang menghendaki suatu transisi konstitusional dan pengalihan bertahap pemilikan dan sarana produksi kepada Negara. Tidak akan dilakukan teknik-teknik revolusioner dan lebih ditekankan pada metode pendidikan. Aliran ini mencoba cara yang praktis untuk memanfaatkan semua sarana legislatif untuk pengaturan jam kerja, kesehatan, upah dan kondisi kerja yang lain. Bentuk sosialisme ini didukung oleh Fabian society yang didirikan 1884. Tokoh gerakan sosial di Inggris berasal dari kelompok intelektual di antaranya George Bernard Shaw, Lord Passfield, Beatrice Webb, Graham Wallas dan GDH Cole (Ali Mudhofir, 1988:90).
Istilah “ sosialis” atau negara sosial demokrat digunakan untuk menunjuk negara yang menganut paham sosialisme “ moderat” yang dilawankan dengan sosialisme ”radikal” untuk sebutan lain bagi “komunisme”. Hal ini ditegaskan mengingat dalam proses perkembangannya di Negara Barat yang pada mulanya menganut paham liberal-kapitalis berkembang menjadi Negara sosialis (sosialis demokrat) ( Frans Magnis Suseno,1975: 19-21). Perbedaan yang paling menonjol antara sosialis-demokrat dan komunisme (Marxisme-Leninisme) adalah sosial demokrat melaksanakan cita-citanya melalui jalan evolusi, persuasi, konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan, sebaliknya Marxisme-Leninisme melalui revolusi.
Sosialisme adalah ajaran kemasyarakatan (pandangan hidup) tertentu yang berhasrat menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil produksi secara merata (W.Surya Indra, 1979: 309).Dalam membahas sosialisme tidak dapat terlepas dengan istilah Marxisme-Leninisme karena sebagai gerakan yang mempunyai arti politik, baru berkembang setelah lahirnya karya Karl Marx, Manifesto Politik Komunis (1848). Dalam edisi bahasa Inggris 1888 Marx memakai istilah “sosialisme” dan ”komunisme” secara bergantian dalam pengertian yang sama. Hal ini dilakuakn sebab Marx ingin membedakan teorinya yang disebut “sosialisme ilmiah” dari “ sosialisme utopia” untuk menghindari kekaburan istilah dua sosialisme dan juga karena latarbelakang sejarahnya. Marx memakai istilah “komunisme” sebagai ganti “sosialisme” agar nampak lebih bersifat revolusioner (Sutarjo Adisusilo, 1991: 127).
Dalam perkembangannya, Lenin dan Stalin berhasil mendirikan negara “komunis”.Istilah “sosialis” lebih disukai daripada “komunis” karena dirasa lebih terhormat dan tidak menimbulkan kecurigaan. Mereka menyebut masa transisi dari Negara kapitalis ke arah Negara komunis atau “masyarakat tidak berkelas” sebagai masyarakat sosialis dan masa transisi itu terjadi dengan dibentuknya “ Negara sosialis”, kendati istilah resmi yang mereka pakai adalah “negara demokrasi rakyat”. Di pihak lain Negara di luar “Negara sosialis”, yaitu Negara yang diperintah oleh partai komunis, tetap memakai sebutan komunisme untuk organisasinya, sedangkan partai sosialis di Negara Barat memakai sebutan “sosialis demokrat” (Meriam Budiardjo, 1984: 5).
Dengan demikian dapat dikemukakan, sosialisme sebagai idiologi politik adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujudnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi, konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan.
1.5 Perkembangan Paham Sosialisme        
Kemenangan bangsa-bangsa demokrasi dalam perang dunia I memberikan dorongan yang kuat bagi partumbuhan partai sosialis di seluruh dunia.Perang telah dilancarkan untuk mempertahankan cita-cita kemerdekaan dan keadaan sosial terhadap imperialisme totaliter Jerman dan Sekutu-sekutunya. Selama peperangan telah dijanjikan kepada rakyat-rakyat negara demokratis yang ikut berperang, bahwa kemenangan militer akan disusul dengan suatu penyusunan kehidupan sosial baru berdasarkan kesempatan dan persamaan yang lebih banyak.
Di Inggris dukungan terbesar terhadap gerakan sosialisme muncul dari Partai Buruh mencerminkan pertumbuhanuruh dan perkembangannya suatu proses terhadap susunan sosial yang lama. Pada awal pertumbuhan hanya memperoleh suara (dukungan) yang kecil dalam perwakilannya di parlemen.Selanjutnya menjadi partai yang lebih bersifat nasional setelah masuknya bekas anggota partai liberal. Banyak programnya yang berasal dari kaum sosialis,terutama dari kelompok Febiaan berhasil memperkuat posisi partai karena dapat memenuhi keinginan masyarakat. Kemajuan yang dapat dicapaimisalnya dalam bidang (1) pemerataan pendapatan (2)distribusi pendapatan (3) pendidikan (4) perumahan (Anthony Crosland, 1976: 265-268).
Di Negara-negara Eropa lainnya seperti Perancis, Swedia, Norwegia, Denmark dan juga Australia dan Selandia Baru partai-partai sosial berhasil memegang kekuasaan pemerintahan melalui pemilu-pemilu bebas. Hal tersebut berarti kalau kita berbicara sosialisme, maka kita menghubungkan dengan sosialisme demokrasi tipe reformasi liberal.Hal ini perlu dibedakan dengan sosialisme otoriter atau komunisme seperti yang terlihat di Soviet dan RRC.
Selama tahun 1920-an dan 1930-an, kaum sosialis di Eropa dan Amerika melakukan serangan baru terhadap kelemahan kapitalisme, ungkapan-ungkapan misalnya : ketimpangan ekonomi, pengangguran kronis, kekayaan privat dan kemiskinan umum, menjadi slogan-slogan umum. Di Eropa partai sosialis demokratis dipengaruhi Marxisme revisionis,solidaritas kelas pekerja, dan pembentukan sosialis yang papa akhirnya melalui cara demokratis sebagai alat untuk memperbaiki kekurangan system kapitalis. Periode tersebut merupakan era menggejolaknya aktivitas sosialis.
Setelah PD II terjadi perubahan besar dalam pemikiran kaum sosialis.Pada permulaan tahun 1960 banyak diantara partai sosialis demokrat Eropa yang melepaskan dengan hubungan ikatan-ikatan idiology Marx.Mereka mengubah sikapnya terhadap hak milik privat dan tujuan mereka yang semula tentang hak milik kolektif secara total. Perhatian mereka curahkan terhadap upaya “ menyempurnakan ramuan”pada perekonomian yang sudah menjadi ekonomi campuran. Akibatnya disfungsi antara sosialis dan negara kesejahteraan modern (The modern welfare state) kini dianggap orang sebagai perbedaan yang bersifat gradual.
Menurut Milton H Spencer sosialisme demokrasi modern merupakan suatu gerakan yang berupaya untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat melalui tindakan (1) memperkenalkan adanya hak milik privat atas alat-alat produksi (2) melaksanakan pemilikan oleh Negara (public ounership) hanya apabila hal tersebut diperlukan demi kepentingan masyarakat (3) mengandalkan diri secara maksimal atas perekonomian pasar dan membantunya dengan perencanaan guna mencapai sasaran sosial dan ekonomis yang diinginkan ( Winardi, 1986: 204).
Bagaimanakah sosialisme di Negara-negara berkembang ?.Negara-negara miskin berhasrat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang cepat. Dari segi kepentingan dalam negeri pertumbuhan ekonoimi yang tinggi merupakan satu-satunya cara untuk mencapai srtandart hidup, kesehatan dan pendidikan yang lebih baik. Ada dua cara untuk mencapai pembangunan ekonomi yang pesat: Pertama cara yang telah digunakan oleh Negara Barat (maju), pasar bebas merupakan alat utama untuk menunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi.Kedua komunisme, dalam metode ini Negara memiliki alat-alat produksi dan menetapkan tujuan yang menyeluruh.
Dalam menghadapi masalah modernisasi ekonomi Negara-negara berkembang pada umumnya tidak mau meniru proses pembangunan kapitalis Barat atau jalur pembangunan komunisme. Mereka menetapkan sendiri cara-cara yang sesuai dengan kondisi masing-masing Negara.Ketiga jalan ketiga disebut Sosialisme. Dalam konteks negara terbelakang/berkembang sosialisme mengandung banyak arti pertama di dunia yang sedang berkembang sosialisme berarti cita-cita keadilan sosial .Kedua istilah sosialisme di Negara-negara berkembang sering berarti persaudaraan, kemanusiaan dan perdamaian dunia yang berlandaskan hukum. Arti Ketiga sosialisme di Negara berkembang ialah komitmen pada perancangan ( Willan Ebenstein,1994: 248-249).
Melihat tersebut di atas arti sosialisme pada negara berkembang dengan Negara yang lebih makmur karena perbedaan situasi histories. Di dunia Barat sosialisme tidak diartikan sebagai cara mengindustrialisasikan Negara yang belum maju, tetapi cara mendistribusikan kekayaan masyarakat secara lebih merata. Sebaliknya, sosialisme di Negara berkembang dimaksudkan untuk membangun suatu perekonomian industri dengan tujuan menaikkan tingkat ekonomi dan pendidikan masa rakyat , maka sosialisme di negara Barat pada umumnya berkembang dengan sangat baik dalam kerangka pemerintahan yang mantap (seperti di Inggris dan Skandinavia) , sedangkan di Negara berkembang sosialisme sering berjalan dengan beban tardisi pemerintahan yang otoriter oleh kekuatan imperialism easing atau oleh penguasa setempat.Karena itu ada dugaan sosialisme di Negara berkembang menunjukkan toleransi yang lebih besar terhadap praktek otoriter dibandingkan dengan dengan yang terjadi sosialisme di Negara Barat. Kalau Negara-negara berkembang gagal dalam usahanya mensintesakan pemerintahan yang konstitusional dan perencanaan ekonomi , maka mereka menganggap bahwa pemerintahan konstitusional dapat dikorbankan demi memperjuangkan pembangunan ekonomi yang pesat melalui perencanaan dan pemilikan industri oleh Negara.
Jika kita perhatikan dalam sejarah bangsa Indonesia , pada awal kemerdekaan sampai tahun 1965 pernah pula diintrodusir konsep sosialisme ala Indonesia .Apakah itu sebagai akibat pengaruh PKI atau ada aspek-aspek tertentu yang memang sesuai dengan kondisi di negara kita. Yang jelas sejak memasuki Orde BAru “sosialisme” itu tidak terdengar lagi .
Adanya perbedaan pengertian mengenai konsep sosialisme , memberikan wawasan kepada kita bahwa suatu ideology politik yang dianut oleh suatu Negara belum tentu cocok untuk negar lain . Melalui pemahaman ini dapat dipetik manfaatnya untuk pengembangan pembangunan nasional demi tercapainya tujuan nasional seperti yang terumuskan dalam UUD 1945.

Sosialisme adalah pandangan hidup dan ajaran kamasyarakatan tertentu , yang berhasrat menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil-hasil produksi secara merata . Sosialisme sebagai ideology politik adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar oleh para pengikutnya mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujutnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi , konstitusional –parlementer , dan tanpa kekerasan.
Sosialisme sebagai ideology politik timbul dari keadaan yang kritis di bidang sosial, ekonomi dan politik akibat revousi industri . Adanya kemiskinan , kemelaratan ,kebodohan kaum buruh , maka sosialisme berjuang untuk mewujudkan kesejahteraan secara merata.
Dalam perkembangan sosialisme terdiri dari pelbagai macam bentuk seperti sosialisme utopia , sosialisme ilmiah yang kemudian akan melahirkan pelbagai aliran sesuai dengan nama pendirinya atau kelompok masyarakat pengikutnya seperti Marxisme-Leninisme ,Febianisme , dan Sosial Demokratis.
Sosialisme dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada masyarakat –bangsa yang memiliki tradisi demokrasi yang kuat. Unsur-unsur pemikiran yang ada dalam gerakan sosialis sebagimana tergambar di Inggris mencakup : (a) agama ; (b) idealisme e tis dan estetis ; (c) empiris Fabian ; dan (d) liberalisme .
Sosialisme yang ada disetiap negara memiliki ciri khas sesuai dengan kondisi sejarahnya . Dalam sosialisme tidak ada garis sentralitas dan tidak bersifat internasional
Sosialisme di negara-negara berkembang mengandung banyak arti . Sosialisme berarti cita-cita keadilan sosial ; persaudaraan ; kemanusiaan dan perdamaian dunia yang berlandaskan hukum ; dan komitmen pada perencanaan.
Di negara-negara Barat ( lebih makmur) sosialisme diartikan sebagai cara mendistribusikan kekayaan masyarakat secara lebih merata sedangkan di Negara berkembang sosialisme diartikan sebagai cara mengindustrialisasikan Negara yang belum maju atau membangun suatu perekonomian industri dengan maksud manaikkan tingkat ekonomi dan pendidikan masyarakat .
Sosialisme sebagai idiologi politik yang merupakan keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujudnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi, konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan. Sosialisme sebagai ideologi politik timbul dari keadaan yang kritis di bidang sosial, ekonomi dan politik akibat revousi industri . Adanya kemiskinan , kemelaratan ,kebodohan kaum buruh , maka sosialisme berjuang untuk mewujudkan kesejahteraan secara merata.
Dalam perkembangan sosialisme terdiri dari pelbagai macam bentuk seperti sosialisme utopia, sosialisme ilmiah yang kemudian akan melahirkan pelbagai aliran sesuai dengan nama pendirinya atau kelompok masyarakat pengikutnya seperti Marxisme-Leninisme, Febianisme , dan Sosial Demokratis. Sosialisme dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada masyarakat –bangsa yang memiliki tradisi demokrasi yang kuat .
1.5 Perkembangan Sosialisme di Indonesia





DAFTAR PUSTAKA