Rabu, 17 Desember 2014

MODEL PROJECT BASED LEARNING (PBL) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH




MAKALAH
MODEL PROJECT BASED LEARNING (PBL)
DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampuh Dr.Suranto, M.Pd




Oleh:

Wahyu Bagustiadi     
120210302014






PRODI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

KATA PENGANTAR


Puji syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul“ Model Project Based Learning (PBL) Dalam Pembelajaran Sejarah”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan materi kuliah Strategi Belajar Mengajar.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bentuk berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis disini menyampaikan terima kasih kepada:
1.    Dr. Suranto, M.Pd., yang telah memberikan bimbingan  dan arahan dalam pembuatan makalah ini.
2.    Teman-teman yang telah memberikan motivasi, dan telah memberikan masukan-masukan dalam pembuatan makalah ini.
3.    Para penulis yang sumber penulisannya telah kami kutip sebagai bahan rujukan.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan juga membantu pembaca untuk lebih memahami mengenai materi trategi Belajar Mengajar. Selain itu penulis juga menerima segala kritikan dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.


Jember, 9 November 2014

Penulis






DAFTAR ISI


halaman

BAB 1. PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Pesatnya pembangunan yang disertai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dewasa ini perlu direspon oleh kinerja dunia pendidikan yang profesional dan memiliki mutu tinggi. Pembangunan di suatu negara tidak bisa mengabaikan kegiatan pendidikan. Masa depan suatu negara sangat ditentukan oleh bagaimana negara itu memperlakukan pendidikan (Yamin & Ansari, 2008:2).  Dunia pendidikan yang bermutu diharapkan dapat mendukung tercetaknya generasi muda penerus bangsa yang cerdas, terampil dan berwawasan luas sehingga mampu bersaing di era global. Karena pada hakikatnya, fungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia (Undang–Undang Nomor 20 Tahun 2003).
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 19 ayat 1 mengenai Standar Nasional Pendidikan juga dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Oleh sebab itu makalah ini akan membahas tentang model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning). University of Nottingham (2003:[online]) menjelaskan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) adalah model pembelajaran sistematik yang mengikutsertakan pelajar ke dalam pembelajaran teoritis dan keahlian yang kompleks, pertanyaan otentik dan perancangan produk dan tugas. Thomas, dkk, dalam Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Wena, 2009:114) menyatakan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek.
Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermanfaat bagi peserta didik (Santyasa, 2006:12). Dalam pembelajaran berbasis proyek, peserta didik terdorong lebih aktif dalam belajar. Guru hanya sebagai fasilitator, mengevaluasi produk hasil kerja peserta didik yang ditampilkan dalam hasil proyek yang dikerjakan.

1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan rincian yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa definisi Model Project Based Learning (PBL) ?
2.      Apa alasan bahwa Model Project Based Learning (PBL) cocok untuk pembelajaran sejarah dalam memvisualisasikan suatu peristiwa?
3.      Bagaimana langkah-langkah pembelajaran Model Project Based Learning (PBL) secara konkrit?
4.      Apa kelebihan Model Project Based Learning (PBL)?
5.      Apa kelemahan Model Project Based Learning (PBL)?

1.3  Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui dan memahami:
1.      Mengetahui definisi Model Project Based Learning (PBL)
2.      Memahami alasan bahwa Model Project Based Learning (PBL) cocok untuk pembelajaran sejarah dalam memvisualisasikan suatu peristiwa
3.      Mengetahui langkah-langkah pembelajaran Model Project Based Learning (PBL)  secara konkrit
4.      Mengetahui kelebihan Model Project Based Learning (PBL)
5.      Mengetahui kelemahan Model Project Based Learning (PBL)


                                                  

BAB 2. PEMBAHASAN


2.1  Definisi Model Project Based Learning (PBL)

Pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Fokus pembelajaran terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu disiplin studi, melibatkan pebelajar dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan pebelajar bekerja secara otonom mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya menghasilkan produk nyata. Biasanya memerlukan beberapa tahapan dan beberapa durasi, tidak sekedar merupakan rangkaian pertemuan kelas, serta belajar kelompok kolaboratif. Proyek memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja (performance), yang secara umum pebelajar melakukan kegiatan: mengorganisasi kegiatan belajar kelompok mereka, melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah, dan mensintesis informasi.
Pembelajaran berbasis proyek (PBL) merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam pengumpulan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalamberaktivitas secara nyata. PBL dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan pelajaran dalam melakukan investigasi dan memahaminya berikut pengertian PBL menurut beberapa ahli.
1.      Menurut Buck Institute for Education (BIE) (dalam Khamdi, 2007) “Project Based Learning adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan tmemberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai dan realistik.
2.      Project Based Learning merupakan pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa (student centered) dan menempatkan guru sebagai motivator dan fasilitator, dimana siswa diberi peluang bekerja secara otonom mengkonstruksi belajarnya.
3.      Pembelajaran berbasis proyek (project based learning) adalah sebuah model pembelajaran yang menggunakan proyek (kegiatan) sebagai inti pembelajaran. Dalam kegiatan ini, siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan sintesis informasi untuk memperoleh berbagai hasil belajar (pengetahuan, keterampilan, dan sikap).
4.      Thomas Mergendoller dan Michaelson mengatakan PBL adalah metodepengajaran sistematik yang mengikutsertakan pelajaran ke dalampembelajaran pengetahuan dan keahlian yang kompleks, pertanyaanautentik dan perancangan produk dan tugas.
5.      Baron B. mengatakan PBL adalah pendekatan cara pembelajaran secarakonstruktif untuk pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasisriset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata relevanbagi kehidupannya.
6.      Moeslichatoen mengatakan bahwa model pembelajaran berdasarkan proyek (PBL)adalah suatu metode pembelajaran yang memberikan pengalaman belajardengan menghadapkan anak dengan persoalan sehari-hari yang harus dipecahkan secara berkelompok. Menurut hasil penelitian terdapat hubunganyang erat antara proses memperoleh pengalaman yang sebenarnya dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan bagi anak harus diintegrasikan dengan lingkungan kehidupan anak yang banyak menghadapkan anak dengan pengalaman langsung.
7.      Thomas, 2000 mengatakan bahwa Project Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) merupakan tugas-tugas komplek, yang didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan yang menantang atau permasalahan, yang melibatkan para siswa di dalam desain, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, atau aktivitas investigasi; memberi peluang para siswa untuk bekerja secara otonomi dengan periode waktu yang lama; dan akhirnya menghasilkan produk-produk yang nyata atau presentasi-presentasi.
8.      Santyasa (2006), yang menyatakan bahwa PBL adalah suatu pembelajaran yang berfokus pada konsep dan memfasilitasi siswa untuk berinvestigasi dan menentukan suatu pemecahan masalah yang dihadapi. PBL dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan siswa dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya.
9.      Mahanal, 2009 mengatakan bahwa PBL adalah pembelajaran dengan menggunakan proyek sebagai metoda pembelajaran. Para siswa bekerja secara nyata, seolah-olah ada di dunia nyata yang dapat menghasilkan produk secara realistis.
Santyasa (2006) juga menjelaskan bahwa di dalam PBL proyek dilakukan secara kolaboratif dan inovatif yang berfokus pada pemecahan masalah yang berhubungan dengan kehidupan siswa atau masyarakat. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa PBL dalam pelaksanaannya menekankan pada pembelajaran yang kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif dalam hal ini menunjukkan bahwa antar siswa dalam kelompok saling ketergantungan dalam menyelesaikan proyek dan antara siswa satu dengan siswa yang lain akan mencapai suatu tujuan jika dalam kelompok tersebut dapat mencapai tujuan bersama yang diharapkan (Slavin, 1995; Arends, 1998; Heinich et al., 2002 dalam Santyasa, 2006).
PBL membantu siswa dalam belajar pengetahuan dan ketrampilan yang kokoh yang dibangun melalui tugas-tugas dan pekerjaan otentik. Situasi belajar, lingkungan, isi, dan tugas-tugas yang relevan, realistik, otentik, dan menyajikan kompleksitas alami dunia nyata mampu memberikan pengalaman pribadi siswa terhadap obyek siswa dan informasi yang diperoleh siswa membawa pesan sugestif cukup kuat (Mahanal, 2009). Selain itu menurut Kamdi (2007) menjelaskan bahwa PBL mendukung proses konstruksi pengetahuan dan pengembangan kompetensi produktif pebelajar yang secara aktual muncul dalam bentuk-bentuk keterampilan okupasional/teknikal (technical skills), dan keterampilan sebagai pekerja yang baik (employability skills).
Pembelajaran berbasis proyek membutuhkan suatu pendekatan pengajaran yang komperehensif di mana lingkungan belajar siswa perlu didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik, termasuk pendalaman materi pada suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Biasanya pembelajaran berbasis proyek memerlukan beberapa tahapan dan beberapa durasi, tidak sekedar merupakan rangkaian pertemuan kelas, serta belajar kelompok kolaboratif. Proyek memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja (performance), secara umum siswa melakukan kegiatan: mengorganisasi kegiatan belajar kelompok mereka, melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah, dan mensintesis informasi (Corebima, 2009).
Pembelajaran Berbasis Proyekmemiliki karakteristik sebagai berikut:
a)      Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja.
b)      Permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik.
c)      Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan.
d)     Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan.
e)      Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu.
f)       Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan.
g)      Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif,
h)      Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan
 Karakteristik Project Based Learning BIE ( dalam Susanti, 2008) menyebutkan ciri-ciri Project Based Learning diantaranya adalah: isi, kondisi, aktivitas dan hasil. Keempat ciri-ciri itu adalah sebagai berikut:
a.       Isi Difokuskan pada ide-ide siswa yaitu dalam membentuk gambaran sendiri bekerja atas topik-topik yang relevan dan minat siswa yang seimbang dengan pengalaman siswa sehari-hari.
b.      Kondisi Maksudnya adalah kondisi untuk mendorong siswa mandiri, yaitu dalam mengelola tugas dan waktu belajar. Sehingga dalam belajar materi sejarah siswa mencari sumber informasi secara mandiri dari berbagai referensi seperti buku maupun intenet.
c.       Aktivitas Adalah suatu strategi yang efektif dan menarik, yaitu dalam mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dan memecahkan masalah-masalah menggunakan kecakapan. Aktivitas juga merupakan bangunan dalam menggagas pengetahuan siswa dalam mentransfer dan menyimpan informasi dengan mudah. Pada materi sejarah, siswa dituntut untuk aktif, menggunakan kecakapan untuk memecahkan masalah dan berbagai tujuan belajar yang ingin dicapai.
d.      Hasil, adalah penerapan hasil yang produktif dalam membantu siswa mengembangkan kecakapan belajar dan mengintegrasikan dalam belajar yang sempurna, termasuk strategi dan kemampuan untuk mempergunakan kognitif strategi pemecahan masalah.

2.2  Alasan Model Project Based Learning (PBL) Tepat untuk Pembelajaran Sejarah Dalam Memvisualisasikan Suatu Peristiwa

Menurut saya metode project based learning (PBL) sangat cocok di terapkan pada pembelajaran sejarah karena Siswa dituntut untuk berfokus pada kreatifitas berpikir, pemecahan masalah, dan interaksi antara pelajar dengan teman sebaya untuk menciptakan dan menggunakan pengetahuan baru. Siswa  akan bekerja didalam tim, menemukan keterampilan merencanakan, mengorganisasi, bernegosiasi, dan membuat consensus tentang isu-ius tugas yang akan dikerjakan, siapa yang bertanggung jawab untuk setiap tugas, dan bagaiman informasi akan dikumpulkan dan dipresentasikan secara ilmiah. Model pembelajaran berbasis proyek yang dikonstruksi dari prinsip-prinsip pembelajaran kontruktivis  sesuai dengan kurikulum 2013, diduga dapat menumbuhkan nilai-nilai yang hendak dibangun dalam soft skills, seperti: pemecahan masalah, kreativitas, inovasi, kerjasama tim, kemampuan berkomunikasi dan presentasi.

2.3  Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Project Based Learning (PBL) Secara Konkrit

Langkah – langkah pembelajaran berbasis proyek dilaksanakan dalam 3 tahap (Anita, 2007:25) yaitu:
1.      Tahapan perencanaan proyek
Adapun langkah – langkah perencanaan tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
b.      Menentukkan topik yang akan dibahas
c.       Mengelompokan siswa dalam kelompok – kelompok kecil berjumlah 4–5 orang dengantingkat kemampuan beragam
d.      Merencang dan menyusun LKS
e.       Merancang kebutuhan sumber belajar
f.       Menetapkan rancangan penilaian
2.      Tahap pelaksanaan
Siswa dalam masing – masing kelompok melaksanakan proyek dengan melakukan investigasi atau berpikir dengan kemampuannya berdasarkan pada pengalaman yang dimiliki. Kemudian diadakan diskusi kelompok. Sementara guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan dengan betindak sebagai fasilitator.
3.      Tahap penilian
Pada tahap ini, guru melakukan evaluasi terhadap hasil kerja masing –masing kelompok. Berdasarkan penilaian tersebut, guru dapat membuat kesimpulan apakah kegiatan tersebut perlu diperbaiki atau tidak, dan bagian mana yang perlu diperbaiki.
Menurut pendapat saya langkah-langkah konkrit dalam pembelajaran sejarah ialah sebagai berikut :
1.      Kegiatan pendahuluan (10 menit)
a.       Guru menunjuk salah seorang siswa untuk emmimpin doa
b.      Guru mempersiapkan kelas lebih kondusif untuk proses belajar mengajar (kerapian dan kebersihan ruang kelas, presensi, menyiapkan media dan alat serta buku yang diperlukan)
c.       Guru menyampaikan topic pembalajaran dan tujuan serta kompetensi yang perlu dimiliki siswa
d.      Guru memberikan motivasi tentang pentingnya topic pembelajaran ini
e.       Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok
2.      Kegiatan Inti (waktu disesuaikan)
a.       Siswa duduk di kelompok masing-masing
b.      Guru menanyakan beberapa gambar/foto
-          Sukarno
-          Hatta
-          Sukarni, dsb
c.       Guru meminta para siswa menagmati gambar-gambar yang ditanyakan dengan cermat
d.      Guru mendorong siswa untuk bertanya tentang sesuatu hal yang terkait dengan gambar-gambar yang ditayangkan
e.       Guru menjelaskan kegiatan belajar berbasis proyek. Pada pembelajaran ini, siswa diminta untuk menulis biografi singkat para tokoh dengan nilai-nilai keteladanannya. Masing-masing kelompok menulis dan membuat proyek untuk satu tokoh. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut. 1) menentukan judul biografi, 2) menyusun rencana jadwal, misalnya sistematika biografi itu seperti, perlu cari/informasi/sumber/ bacaan dimana, berapa hari, analisis dan menyusun jadi tulisan kapan, selesai kapan, 3) monitoring, siswa harus mencermati sudah berapa hari, pekerjaan sudah sampai apa dan guru menanyakan kemajuan pekerjaan siswa itu, 4) pengujian hasil, masing-masing menyajikan dan guru memberikan penilaian, 5) Evaluasi pengalaman, guru akan menanyakan pengalaman pada waktu mencari sumber atau waktu menulis, juga menanyakan perasaan siswa waktu sedang melaksanakan kegiatan penulisan biografi ini.
f.       Guru menyampaikan waktu kerja dua bulan. Kelompok 1 menulis biografi Sukarno, kelompok II menulis Moh. Hatta dan seterusnya.
3.      Kegiatan Penutup (15 menit)
a.       Dalam kegiatan penutupan pertemuan hari itu lebih banyak pesan-pesan untuk mengerjakan proyek penulisan biografi singkat. Halaman sengaja tidak diatur disertakan kemampuan maisng-masing kelompok dan keberadaan sumber, tetapi maksimal 6 halaman ketik, 1,5 spasi
b.      Guru memberi saran ke siswa, mengerjakan tugas ini mencari informasi dan data dari berbagai sumber sejarah.

2.4  Kelebihan Model Project Based Learning (PBL)

NWRL (2002) dalam Mahanal (2009) mengidentifikasi beberapa kelebihan penerapan PBL yang disarikan dari beberapa ahli sebagai berikut:
a)      Menyiapkan siswa pada lapangan pekerjaan. Siswa disiapkan melalui pengembangan ketrampilan-ketrampilan dan kemampuan-kemampuan seluas-luasnya melalui kerja sama/kolaborasi, perencanaan projek, pengambilan keputusan, dan manajemen waktu (Blank, 1997; Dickinson et al., 1998).
b)      Meningkatkan motivasi. Laporan-laporan tertulis tentang PBL mengungkap hasil testimoni guru dan siswa yang menggambarkan terjadinya peningkatan motivasi dari siswa yaitu siswa sangat tekun dan berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru melaporkan terjadi peningkatan kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih bersemangat daripada komponen kurikulum yang lain. Para siswa mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilannya ketika mereka menyelesaikan tugas-tugas proyek-proyek. Dengan proyek-proyek, para siswa menggunakan ketrampilan-ketrampilan pemikiran tinggi dan membentuk hubungan pengetahuan dan ketrampilannya di sekolah digunakan di dalam dunia nyata.
c)      Meningkatkan kolaborasi untuk mengkonstruksi pengetahuan. Pembelajaran kolaboratif memberi kesempatan pada siswa saling untuk melontarkan gagasan, menyatakan pendapat-pendapat lebih luas, dan bernegosiasi menyusun solusi-solusi, semua itu merupakan ketrampilan yang diperlukan di lapangan kerja.
d)     Meningkatkan hubungan sosial dan keahlian berkomunikasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek diperlukan siswa dalam mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi (Johnson & Johnson, 1989). Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif (Vygotsky, 1978; Davidov, 1995).
e)      Meningkatkan ketrampilan-ketrampilan pemecahan masalah. Penelitian pada pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi menekankan keterlibatan siswa di dalam tugas-tugas pemecahan masalah serta bagaimana menemukan dan memecahkan masalah. Banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang komplek.
f)       Membuka peluang bagi para siswa untuk membuat dan melihat hubungan antar disiplin ilmu.
g)      Memberi kesempatan para siswa untuk berperan di sekolah atau di masyarakat.
h)      Meningkatkan percaya diri. Para siswa merasa bangga akan memenuhi sesuatu yang mempunyai nilai di luar kelas itu
i)        Memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan belajar secara individu dengan berbagai pendekatan belajar. Menyediakan suatu pengalaman yang praktis tentang dunia nyata dan belajar cara menggunakan teknologi. Aktivitas pembelajaran berbasis proyek menyediakan kerangka kerja pada siswa untuk membuka kreatifitas mereka menggunakan teknologi untuk menyelesaikan masalah seperti memanfaatkan/menggunakan komputer dan internet dalam menghasilkan produk akhir penelitiannya.
j)        Meningkatkan keterampilan mengelola sumberdaya. PBL mendorong siswa menjadi pebelajar yang mandiri yaitu bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang komplek. Pembelajaran Berbais Proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan mengelolan sumber daya lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas
k)      Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
l)        Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
m)    Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.
Anatta (dalam Susanti, 2008) menyebutkan beberapa kelebihan dari Project Based Learning diantaranya sebagai berikut: 1) Meningkatkan motivasi, dimana siswa tekun dan berusaha keras dalam mencapai proyek dan merasa bahwa belajar dalam proyek lebih menyenangkan daripada komponen kurikulum yang lain. 2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dari berbagai sumber yang mendeskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks. 3) Meningkatkan kolaborasi, pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikan keterampilan komunikasi. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih didalam lingkungan kolaboratif. 4) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber, bila diimplementasikan secara baik maka siswa akan belajar dan praktik dalam mengorganisasi proyek, membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

2.5  Kelemahan Model Project Based Learning (PBL)

Adapun beberapa kelemahan model project based learning (PBL) antara lain:
a)       Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
b)      Membutuhkan biaya yang cukup banyak
c)      Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas.
d)     Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
e)      Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
f)       Ada kemungkinanpeserta didikyang kurang aktif dalam kerja kelompok.
g)      Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan
h)      Kondisi kelas agak sulit dikontrol dan mudah menjadi ribut saat pelaksanaan proyek karena adanya kebebasan pada siswa sehingga memberi peluang untuk ribut dan untuk itu diperlukannya kecakapan guru dalam penguasaan dan pengelolaan kelas yang baik.
i)        Walaupun sudah mengatur alokasi waktu yang cukup masih saja memerlukan waktu yang lebih banyak untuk pencapaian hasil yang maksimal.
j)        Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum siap untuk ini.
k)      Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.
l)        Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.
Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek di atas seorang pendidik harus dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah, membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek, meminimalis dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur dan peserta didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran.


BAB 3. SIMPULAN


Project Based Learning adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan tmemberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai dan realistik. Santyasa (2006) juga menjelaskan bahwa di dalam PBL proyek dilakukan secara kolaboratif dan inovatif yang berfokus pada pemecahan masalah yang berhubungan dengan kehidupan siswa atau masyarakat. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa PBL dalam pelaksanaannya menekankan pada pembelajaran yang kolaboratif.
Dalam berjalannya waktu, siswa melaksanakan seluruh aktivitas mulai dari persiapan pelaksanaan proyek mereka hingga melaporkannya sementara guru memonitor dan memantau perkembangan proyek kelompok-kelompok siswa dan memberikan pembimbingan yang dibutuhkan. Pada tahap berikutnya, setelah siswa melaporkan hasil proyek yang mereka lakukan, guru menilai pencapaian yang siswa peroleh baik dari segi pengetahuan (knowledge terkait konsep yang relevan dengan topik), hingga keterampilan dan sikap yang mengiringinya. Terkahir, guru kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksi semua kegiatan (aktivitas) dalam pembelajaran berbasis proyek yang telah mereka lakukan agar di lain kesempatan pembelajaran dan aktivitas penyelesaian proyek menjadi lebih baik lagi.
Model ini memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya ialah dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan, pengetahuan yang diperoleh fungsional, anak-anak belajar bersungguh-sungguh dalam bekerja bersama, dan anak-anak bertanggung jawab penuh pada pekerjaannyasedangkan kelemahannya ialah kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini, organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum siap untuk ini dan bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.

DAFTAR PUSTAKA






Tidak ada komentar:

Posting Komentar