
MAKALAH
MODEL
PROJECT BASED LEARNING (PBL)
DALAM
PEMBELAJARAN SEJARAH
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi
Belajar Mengajar
Dosen Pengampuh Dr.Suranto, M.Pd
Oleh:
Wahyu
Bagustiadi
120210302014
PRODI
PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul“ Model Project Based Learning (PBL) Dalam Pembelajaran
Sejarah”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat menyelesaikan materi kuliah Strategi
Belajar Mengajar.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bentuk berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis disini menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Suranto, M.Pd., yang
telah memberikan bimbingan dan arahan
dalam pembuatan makalah ini.
2.
Teman-teman
yang telah memberikan motivasi, dan telah memberikan masukan-masukan dalam
pembuatan makalah ini.
3.
Para
penulis yang sumber penulisannya telah kami kutip sebagai bahan rujukan.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada pembaca dan juga membantu pembaca untuk lebih memahami mengenai materi trategi
Belajar Mengajar. Selain itu penulis juga menerima segala kritikan dan
saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Jember, 9 November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
halaman
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pesatnya
pembangunan yang disertai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
dewasa ini perlu direspon oleh kinerja dunia pendidikan yang profesional dan
memiliki mutu tinggi. Pembangunan di suatu negara tidak bisa mengabaikan
kegiatan pendidikan. Masa depan suatu negara sangat ditentukan oleh bagaimana
negara itu memperlakukan pendidikan (Yamin & Ansari, 2008:2). Dunia
pendidikan yang bermutu diharapkan dapat mendukung tercetaknya generasi muda
penerus bangsa yang cerdas, terampil dan berwawasan luas sehingga mampu
bersaing di era global. Karena pada hakikatnya, fungsi pendidikan adalah untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia
(Undang–Undang Nomor 20 Tahun 2003).
Dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 19 ayat 1 mengenai Standar
Nasional Pendidikan juga dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat,
minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Oleh sebab
itu makalah ini akan membahas tentang model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project
Based Learning). University of Nottingham (2003:[online])
menjelaskan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
adalah model pembelajaran sistematik yang mengikutsertakan pelajar ke dalam
pembelajaran teoritis dan keahlian yang kompleks, pertanyaan otentik dan
perancangan produk dan tugas. Thomas, dkk, dalam Strategi Pembelajaran Inovatif
Kontemporer (Wena, 2009:114) menyatakan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek (Project
Based Learning) merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja
proyek.
Pembelajaran
berbasis proyek memiliki potensi yang amat besar untuk membuat pengalaman
belajar yang lebih menarik dan bermanfaat bagi peserta didik (Santyasa,
2006:12). Dalam pembelajaran berbasis proyek, peserta didik terdorong lebih
aktif dalam belajar. Guru hanya sebagai fasilitator, mengevaluasi produk hasil
kerja peserta didik yang ditampilkan dalam hasil proyek yang dikerjakan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan rincian yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat ditarik
rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa
definisi Model Project Based
Learning (PBL) ?
2.
Apa
alasan bahwa Model Project Based
Learning (PBL) cocok untuk pembelajaran sejarah dalam memvisualisasikan suatu
peristiwa?
3.
Bagaimana langkah-langkah pembelajaran Model Project Based
Learning (PBL) secara konkrit?
4.
Apa
kelebihan Model Project Based
Learning (PBL)?
5.
Apa
kelemahan Model Project Based
Learning (PBL)?
1.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas,
tujuan dari makalah ini yaitu
untuk mengetahui dan memahami:
1.
Mengetahui
definisi Model Project Based
Learning (PBL)
2.
Memahami
alasan bahwa Model Project Based
Learning (PBL) cocok untuk pembelajaran sejarah dalam memvisualisasikan suatu
peristiwa
3.
Mengetahui langkah-langkah pembelajaran Model Project Based
Learning (PBL) secara konkrit
4.
Mengetahui
kelebihan Model Project Based
Learning (PBL)
5.
Mengetahui
kelemahan Model Project Based
Learning (PBL)
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Definisi Model Project Based Learning (PBL)
Pembelajaran berbasis
proyek (project-based learning) adalah sebuah model atau pendekatan
pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui
kegiatan-kegiatan yang kompleks. Fokus pembelajaran terletak pada konsep-konsep
dan prinsip-prinsip inti dari suatu disiplin studi, melibatkan pebelajar dalam
investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain,
memberi kesempatan pebelajar bekerja secara otonom mengkonstruk pengetahuan
mereka sendiri, dan mencapai puncaknya menghasilkan produk nyata. Biasanya
memerlukan beberapa tahapan dan beberapa durasi, tidak sekedar merupakan
rangkaian pertemuan kelas, serta belajar kelompok kolaboratif. Proyek
memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja (performance), yang
secara umum pebelajar melakukan kegiatan: mengorganisasi kegiatan belajar
kelompok mereka, melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah, dan
mensintesis informasi.
Pembelajaran berbasis proyek (PBL)
merupakan metode belajar yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam pengumpulan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dalamberaktivitas secara nyata. PBL dirancang untuk
digunakan pada permasalahan komplek
yang diperlukan pelajaran dalam melakukan investigasi dan memahaminya berikut pengertian PBL
menurut beberapa ahli.
1.
Menurut Buck Institute for Education
(BIE) (dalam Khamdi, 2007) “Project Based Learning adalah model pembelajaran
yang melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan tmemberi peluang
siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri, dan
puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai dan realistik.
2.
Project Based Learning merupakan
pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa (student centered) dan
menempatkan guru sebagai motivator dan fasilitator, dimana siswa diberi peluang
bekerja secara otonom mengkonstruksi belajarnya.
3.
Pembelajaran
berbasis proyek (project based learning) adalah sebuah model
pembelajaran yang menggunakan proyek (kegiatan) sebagai inti pembelajaran.
Dalam kegiatan ini, siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan
sintesis informasi untuk memperoleh berbagai hasil belajar (pengetahuan,
keterampilan, dan sikap).
4.
Thomas Mergendoller dan Michaelson
mengatakan PBL adalah metodepengajaran sistematik yang mengikutsertakan
pelajaran ke dalampembelajaran pengetahuan dan keahlian yang kompleks,
pertanyaanautentik dan perancangan produk dan tugas.
5.
Baron B. mengatakan PBL adalah
pendekatan cara pembelajaran secarakonstruktif untuk pendalaman pembelajaran
dengan pendekatan berbasisriset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang
berbobot, nyata relevanbagi kehidupannya.
6.
Moeslichatoen mengatakan bahwa model pembelajaran
berdasarkan proyek (PBL)adalah suatu metode pembelajaran yang memberikan
pengalaman belajardengan menghadapkan anak dengan persoalan sehari-hari yang
harus dipecahkan secara berkelompok. Menurut hasil penelitian terdapat
hubunganyang erat antara proses memperoleh pengalaman yang sebenarnya dengan
pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan bagi anak harus diintegrasikan dengan
lingkungan kehidupan anak yang banyak menghadapkan anak dengan pengalaman
langsung.
7.
Thomas,
2000 mengatakan bahwa Project Based Learning (PBL) atau
Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) merupakan tugas-tugas komplek, yang
didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan yang menantang atau permasalahan, yang
melibatkan para siswa di dalam desain, pemecahan masalah, pengambilan
keputusan, atau aktivitas investigasi; memberi peluang para siswa untuk bekerja
secara otonomi dengan periode waktu yang lama; dan akhirnya menghasilkan
produk-produk yang nyata atau presentasi-presentasi.
8.
Santyasa (2006), yang menyatakan bahwa
PBL adalah suatu pembelajaran yang berfokus pada konsep dan memfasilitasi siswa
untuk berinvestigasi dan menentukan suatu pemecahan masalah yang dihadapi. PBL
dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan siswa dalam
melakukan insvestigasi dan memahaminya.
9.
Mahanal,
2009 mengatakan bahwa PBL adalah pembelajaran dengan
menggunakan proyek sebagai metoda pembelajaran. Para siswa bekerja secara
nyata, seolah-olah ada di dunia nyata yang dapat menghasilkan produk secara
realistis.
Santyasa (2006) juga menjelaskan bahwa di dalam PBL
proyek dilakukan secara kolaboratif dan inovatif yang berfokus pada pemecahan
masalah yang berhubungan dengan kehidupan siswa atau masyarakat. Berdasarkan
pendapat tersebut menunjukkan bahwa PBL dalam pelaksanaannya menekankan pada
pembelajaran yang kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif dalam hal ini
menunjukkan bahwa antar siswa dalam kelompok saling ketergantungan dalam
menyelesaikan proyek dan antara siswa satu dengan siswa yang lain akan mencapai
suatu tujuan jika dalam kelompok tersebut dapat mencapai tujuan bersama yang
diharapkan (Slavin, 1995; Arends, 1998; Heinich et al., 2002 dalam Santyasa,
2006).
PBL membantu siswa dalam belajar pengetahuan dan
ketrampilan yang kokoh yang dibangun melalui tugas-tugas dan pekerjaan otentik.
Situasi belajar, lingkungan, isi, dan tugas-tugas yang relevan, realistik,
otentik, dan menyajikan kompleksitas alami dunia nyata mampu memberikan
pengalaman pribadi siswa terhadap obyek siswa dan informasi yang diperoleh
siswa membawa pesan sugestif cukup kuat (Mahanal, 2009). Selain itu menurut
Kamdi (2007) menjelaskan bahwa PBL mendukung proses konstruksi pengetahuan dan
pengembangan kompetensi produktif pebelajar yang secara aktual muncul dalam
bentuk-bentuk keterampilan okupasional/teknikal (technical skills), dan
keterampilan sebagai pekerja yang baik (employability skills).
Pembelajaran berbasis proyek membutuhkan suatu
pendekatan pengajaran yang komperehensif di mana lingkungan belajar siswa perlu
didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah
autentik, termasuk pendalaman materi pada suatu topik mata pelajaran, dan
melaksanakan tugas bermakna lainnya. Biasanya pembelajaran berbasis proyek
memerlukan beberapa tahapan dan beberapa durasi, tidak sekedar merupakan
rangkaian pertemuan kelas, serta belajar kelompok kolaboratif. Proyek
memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja (performance), secara
umum siswa melakukan kegiatan: mengorganisasi kegiatan belajar kelompok mereka,
melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah, dan mensintesis
informasi (Corebima, 2009).
Pembelajaran Berbasis Proyekmemiliki karakteristik
sebagai berikut:
a)
Peserta didik
membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja.
b)
Permasalahan
atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik.
c)
Peserta didik
mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang
diajukan.
d)
Peserta didik secara
kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk
memecahkan permasalahan.
e)
Proses evaluasi
dijalankan secara kontinyu.
f)
Peserta didik
secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan.
g)
Produk akhir
aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif,
h)
Situasi
pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan
Karakteristik Project
Based Learning BIE ( dalam Susanti, 2008) menyebutkan ciri-ciri Project Based
Learning diantaranya adalah: isi, kondisi,
aktivitas dan hasil. Keempat ciri-ciri itu adalah sebagai berikut:
a.
Isi Difokuskan pada ide-ide siswa yaitu
dalam membentuk gambaran sendiri bekerja atas topik-topik yang relevan dan
minat siswa yang seimbang dengan pengalaman siswa sehari-hari.
b.
Kondisi Maksudnya adalah kondisi untuk
mendorong siswa mandiri, yaitu dalam mengelola tugas dan waktu belajar.
Sehingga dalam belajar materi sejarah
siswa mencari sumber informasi secara mandiri dari berbagai referensi seperti
buku maupun intenet.
c.
Aktivitas Adalah suatu strategi yang
efektif dan menarik, yaitu dalam mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dan
memecahkan masalah-masalah
menggunakan kecakapan. Aktivitas juga merupakan bangunan dalam menggagas
pengetahuan siswa dalam mentransfer dan menyimpan informasi dengan mudah. Pada
materi sejarah,
siswa dituntut untuk aktif, menggunakan kecakapan untuk memecahkan masalah dan
berbagai tujuan belajar yang ingin dicapai.
d.
Hasil, adalah penerapan hasil yang
produktif dalam membantu siswa mengembangkan kecakapan belajar dan
mengintegrasikan dalam belajar yang sempurna, termasuk strategi dan kemampuan
untuk mempergunakan kognitif strategi pemecahan masalah.
2.2 Alasan Model Project Based Learning (PBL) Tepat untuk Pembelajaran Sejarah Dalam Memvisualisasikan Suatu Peristiwa
Menurut saya metode project based learning (PBL)
sangat cocok di terapkan pada pembelajaran sejarah karena Siswa dituntut untuk berfokus pada kreatifitas berpikir,
pemecahan masalah, dan interaksi antara pelajar dengan teman sebaya untuk menciptakan
dan menggunakan pengetahuan baru. Siswa akan bekerja didalam tim, menemukan
keterampilan merencanakan, mengorganisasi, bernegosiasi, dan membuat consensus
tentang isu-ius tugas yang akan dikerjakan, siapa yang bertanggung jawab untuk
setiap tugas, dan bagaiman informasi akan dikumpulkan dan dipresentasikan
secara ilmiah. Model pembelajaran berbasis proyek yang dikonstruksi dari
prinsip-prinsip pembelajaran kontruktivis sesuai dengan kurikulum 2013, diduga dapat
menumbuhkan nilai-nilai yang hendak dibangun dalam soft skills, seperti:
pemecahan masalah, kreativitas, inovasi, kerjasama tim, kemampuan berkomunikasi
dan presentasi.
2.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Project Based Learning (PBL) Secara Konkrit
Langkah –
langkah pembelajaran berbasis proyek dilaksanakan dalam 3 tahap (Anita,
2007:25) yaitu:
1. Tahapan perencanaan proyek
Adapun
langkah – langkah perencanaan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai
b. Menentukkan topik yang akan dibahas
c. Mengelompokan siswa dalam kelompok –
kelompok kecil berjumlah 4–5 orang dengantingkat kemampuan beragam
d. Merencang dan menyusun LKS
e. Merancang kebutuhan sumber belajar
f. Menetapkan rancangan penilaian
2.
Tahap
pelaksanaan
Siswa dalam masing – masing kelompok melaksanakan proyek
dengan melakukan investigasi atau berpikir dengan kemampuannya berdasarkan pada
pengalaman yang dimiliki. Kemudian diadakan diskusi kelompok. Sementara guru
membimbing siswa yang mengalami kesulitan dengan betindak sebagai fasilitator.
3.
Tahap
penilian
Pada tahap ini, guru melakukan evaluasi terhadap hasil kerja
masing –masing kelompok. Berdasarkan penilaian tersebut, guru dapat membuat
kesimpulan apakah kegiatan tersebut perlu diperbaiki atau tidak, dan bagian
mana yang perlu diperbaiki.
Menurut pendapat saya langkah-langkah konkrit dalam
pembelajaran sejarah ialah sebagai berikut :
1.
Kegiatan
pendahuluan (10 menit)
a.
Guru
menunjuk salah seorang siswa untuk emmimpin doa
b.
Guru
mempersiapkan kelas lebih kondusif untuk proses belajar mengajar (kerapian dan
kebersihan ruang kelas, presensi, menyiapkan media dan alat serta buku yang
diperlukan)
c.
Guru
menyampaikan topic pembalajaran dan tujuan serta kompetensi yang perlu dimiliki
siswa
d.
Guru
memberikan motivasi tentang pentingnya topic pembelajaran ini
e.
Guru
membagi kelas dalam beberapa kelompok
2.
Kegiatan
Inti (waktu disesuaikan)
a.
Siswa
duduk di kelompok masing-masing
b.
Guru
menanyakan beberapa gambar/foto
-
Sukarno
-
Hatta
-
Sukarni,
dsb
c.
Guru
meminta para siswa menagmati gambar-gambar yang ditanyakan dengan cermat
d.
Guru
mendorong siswa untuk bertanya tentang sesuatu hal yang terkait dengan
gambar-gambar yang ditayangkan
e.
Guru
menjelaskan kegiatan belajar berbasis proyek. Pada pembelajaran ini, siswa
diminta untuk menulis biografi singkat para tokoh dengan nilai-nilai
keteladanannya. Masing-masing kelompok menulis dan membuat proyek untuk satu
tokoh. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut. 1) menentukan judul biografi,
2) menyusun rencana jadwal, misalnya sistematika biografi itu seperti, perlu
cari/informasi/sumber/ bacaan dimana, berapa hari, analisis dan menyusun jadi
tulisan kapan, selesai kapan, 3) monitoring, siswa harus mencermati sudah
berapa hari, pekerjaan sudah sampai apa dan guru menanyakan kemajuan pekerjaan
siswa itu, 4) pengujian hasil, masing-masing menyajikan dan guru memberikan
penilaian, 5) Evaluasi pengalaman, guru akan menanyakan pengalaman pada waktu
mencari sumber atau waktu menulis, juga menanyakan perasaan siswa waktu sedang
melaksanakan kegiatan penulisan biografi ini.
f.
Guru
menyampaikan waktu kerja dua bulan. Kelompok 1 menulis biografi Sukarno,
kelompok II menulis Moh. Hatta dan seterusnya.
3.
Kegiatan
Penutup (15 menit)
a.
Dalam
kegiatan penutupan pertemuan hari itu lebih banyak pesan-pesan untuk
mengerjakan proyek penulisan biografi singkat. Halaman sengaja tidak diatur
disertakan kemampuan maisng-masing kelompok dan keberadaan sumber, tetapi
maksimal 6 halaman ketik, 1,5 spasi
b.
Guru
memberi saran ke siswa, mengerjakan tugas ini mencari informasi dan data dari
berbagai sumber sejarah.
2.4 Kelebihan Model Project Based Learning (PBL)
NWRL (2002) dalam Mahanal (2009)
mengidentifikasi beberapa kelebihan penerapan PBL yang disarikan dari beberapa
ahli sebagai berikut:
a) Menyiapkan
siswa pada lapangan pekerjaan. Siswa disiapkan melalui pengembangan ketrampilan-ketrampilan
dan kemampuan-kemampuan seluas-luasnya melalui kerja sama/kolaborasi,
perencanaan projek, pengambilan keputusan, dan manajemen waktu (Blank, 1997;
Dickinson et al., 1998).
b) Meningkatkan
motivasi. Laporan-laporan tertulis tentang PBL mengungkap hasil testimoni guru
dan siswa yang menggambarkan terjadinya peningkatan motivasi dari siswa yaitu
siswa sangat tekun dan berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru melaporkan
terjadi peningkatan kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan
bahwa belajar dalam proyek lebih bersemangat daripada komponen kurikulum yang
lain. Para siswa mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilannya
ketika mereka menyelesaikan tugas-tugas proyek-proyek. Dengan proyek-proyek,
para siswa menggunakan ketrampilan-ketrampilan pemikiran tinggi dan membentuk
hubungan pengetahuan dan ketrampilannya di sekolah digunakan di dalam dunia
nyata.
c) Meningkatkan
kolaborasi untuk mengkonstruksi pengetahuan. Pembelajaran kolaboratif memberi
kesempatan pada siswa saling untuk melontarkan gagasan, menyatakan
pendapat-pendapat lebih luas, dan bernegosiasi menyusun solusi-solusi, semua
itu merupakan ketrampilan yang diperlukan di lapangan kerja.
d) Meningkatkan
hubungan sosial dan keahlian berkomunikasi. Pentingnya kerja kelompok dalam
proyek diperlukan siswa dalam mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan
komunikasi (Johnson & Johnson, 1989). Kelompok kerja kooperatif, evaluasi
siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah
proyek. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa
belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam
lingkungan kolaboratif (Vygotsky, 1978; Davidov, 1995).
e) Meningkatkan
ketrampilan-ketrampilan pemecahan masalah. Penelitian pada pengembangan
keterampilan kognitif tingkat tinggi menekankan keterlibatan siswa di dalam
tugas-tugas pemecahan masalah serta bagaimana menemukan dan memecahkan masalah.
Banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat
siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang komplek.
f) Membuka
peluang bagi para siswa untuk membuat dan melihat hubungan antar disiplin ilmu.
g) Memberi
kesempatan para siswa untuk berperan di sekolah atau di masyarakat.
h) Meningkatkan
percaya diri. Para siswa merasa bangga akan memenuhi sesuatu yang mempunyai
nilai di luar kelas itu
i)
Memberi kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan kemampuan belajar secara individu dengan berbagai pendekatan
belajar. Menyediakan suatu pengalaman yang praktis tentang dunia nyata dan
belajar cara menggunakan teknologi. Aktivitas pembelajaran berbasis proyek
menyediakan kerangka kerja pada siswa untuk membuka kreatifitas mereka
menggunakan teknologi untuk menyelesaikan masalah seperti memanfaatkan/menggunakan
komputer dan internet dalam menghasilkan produk akhir penelitiannya.
j)
Meningkatkan keterampilan mengelola
sumberdaya. PBL mendorong siswa menjadi pebelajar yang mandiri yaitu
bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang komplek. Pembelajaran Berbais
Proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kesempatan kepada siswa
untuk belajar dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi
waktu dan mengelolan sumber daya lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan
tugas
k) Meningkatkan
motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk
melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
l)
Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil
informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan
dengan dunia nyata.
m) Membuat
suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik
menikmati proses pembelajaran.
Anatta (dalam Susanti,
2008) menyebutkan beberapa kelebihan dari Project Based Learning diantaranya sebagai
berikut: 1) Meningkatkan
motivasi, dimana siswa tekun dan berusaha keras dalam mencapai proyek dan
merasa bahwa belajar dalam proyek lebih menyenangkan daripada komponen
kurikulum yang lain. 2)
Meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah, dari berbagai sumber yang mendeskripsikan
lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan
berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks. 3) Meningkatkan kolaborasi, pentingnya
kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikan
keterampilan komunikasi. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik
menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar
lebih didalam lingkungan kolaboratif. 4) Meningkatkan keterampilan mengelola
sumber, bila diimplementasikan secara baik maka siswa akan belajar dan praktik
dalam mengorganisasi proyek, membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain
seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
2.5 Kelemahan Model Project Based Learning (PBL)
Adapun beberapa kelemahan
model project based
learning (PBL) antara lain:
a)
Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
b)
Membutuhkan biaya yang cukup banyak
c)
Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas
tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas.
d)
Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
e)
Peserta didik yang memiliki
kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
f)
Ada kemungkinanpeserta didikyang kurang aktif dalam kerja kelompok.
g)
Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing
kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara
keseluruhan
h)
Kondisi kelas agak sulit dikontrol dan
mudah menjadi ribut saat pelaksanaan proyek karena adanya kebebasan pada siswa
sehingga memberi peluang untuk ribut dan untuk itu diperlukannya kecakapan guru
dalam penguasaan dan pengelolaan kelas yang baik.
i)
Walaupun sudah mengatur alokasi waktu
yang cukup masih saja memerlukan waktu yang lebih banyak untuk pencapaian hasil
yang maksimal.
j)
Organisasi
bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan
keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum siap untuk ini.
k)
Harus
dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup
fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.
l)
Bahan
pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang
dibahas.
Untuk mengatasi
kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek di atas seorang pendidik harus
dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi
masalah, membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek, meminimalis
dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar,
memilih lokasi penelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak
waktu dan biaya, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga
instruktur dan peserta didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran.
BAB 3. SIMPULAN
Project
Based Learning adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan
masalah dan tmemberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar
mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai dan
realistik. Santyasa
(2006) juga menjelaskan bahwa di dalam PBL proyek dilakukan secara kolaboratif
dan inovatif yang berfokus pada pemecahan masalah yang berhubungan dengan
kehidupan siswa atau masyarakat. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan
bahwa PBL dalam pelaksanaannya menekankan pada pembelajaran yang kolaboratif.
Dalam
berjalannya waktu, siswa melaksanakan seluruh aktivitas mulai dari persiapan
pelaksanaan proyek mereka hingga melaporkannya sementara guru memonitor dan
memantau perkembangan proyek kelompok-kelompok siswa dan memberikan
pembimbingan yang dibutuhkan. Pada tahap berikutnya, setelah siswa melaporkan
hasil proyek yang mereka lakukan, guru menilai pencapaian yang siswa peroleh
baik dari segi pengetahuan (knowledge terkait konsep yang relevan dengan
topik), hingga keterampilan dan sikap yang mengiringinya. Terkahir, guru kemudian
memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksi semua kegiatan (aktivitas)
dalam pembelajaran berbasis proyek yang telah mereka lakukan agar di lain
kesempatan pembelajaran dan aktivitas penyelesaian proyek menjadi lebih baik
lagi.
Model
ini memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya ialah dapat merombak pola pikir anak didik
dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan
memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan, pengetahuan yang diperoleh
fungsional, anak-anak belajar bersungguh-sungguh dalam bekerja bersama, dan
anak-anak bertanggung jawab penuh pada pekerjaannyasedangkan kelemahannya ialah
kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun
horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini, organisasi bahan pelajaran,
perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus
dari guru, sedangkan para guru belum siap untuk ini dan bahan
pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar