Discovery Learning
Oleh:
1.
Wahyu Bagustiadi (120210302014)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya dan karunianya sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.Dengan
terselesainya makalah ini, kami menyampaikan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan atas terselesainya makalah ini.
Makalah ini
disusun dengan tujuan sebagai bahan diskusi mata kuliah “Strategi Belajar Mengajar”
dan sebagai media untuk lebih mendalami setiap unit yang akan dipelajari dan
dibahas dalam mata kuliah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih
belum sempurna. oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
diperlukan untuk memperbaiki makalah yang telah dibuat. Akhirnya
semoga makalah ini dapat berguna bagi kita, amien.
Jember, 1 Oktober
2014
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pembelajaran sejarah di sekolah
merupakan salah satu pembelajaran yang harus dipelajari oleh siswa. Isjoni ( 2007
: 37 ) mengatakan Sejarah adalah ilmu yang menggambarkan perkembangan
masyarakat, suatu proses yang panjang ”. Sejarah merupakan kisah manusia dengan
perjuangan yang dikenal dengan kebudayaan.Memahami asal usul kebudayaannya,
berarti memahami kenyataan dirinya dan kekiniannya. Memahami hakekat
kekiniannya berarti mampu mengambil pelajaran untuk menghadapi masa depan.
Mempelajari sejarah berarti mempelajari hubungan antara masa lampau, masa kini
dan masa yang akan datang.
Suryo ( Isjoni : 38 ) mengatakan
sejarah berdasarkan kegunaannya terdiri dari sejarah empiris dan sejarah
normatif. Sejarah empirik menyajikan substansi kesejarahan bersifat empirik dan
akademik untuk tujuan ilmiah, sejarah normatif menyajikan substansi kesejarahan
berdasarkan ukuran nilai dan makna sesuai dengan tujuan penggunaan yang
bersifat normatif.
Pembelajaran sejarah sebagai sejarah
normatif, substansi dan tujuannya ditujukan pada segi – segi normatif, yaitu
nilai dan makna sesuai tujuan pendidikan. Kegunaan pembelajaran sejarah bagi
siswa menurut Hill ( Isjoni : 39 – 40 ) adalah :
a.
Secara unik memuaskan rasa ingin tahu dari anak tentang orang lain,
kehidupan, tokoh – tokoh, perbuatan dan cita – citanya, yang dapat menimbulkan
gairah dan kekaguman.
b.
Lewat pembelajaran sejarah dapat diwariskan kebudayaan dari umat manusia,
penghargaan terhadap sastra, seni serta cara hidup orang lain.
c.
Melatih tertib intelektual, yaitu ketelitian dalam memahami dan ekspresi,
menimbang bukti, memisahkan yang penting dari yang tidak penting, antara
propaganda dan kebenaran.
d.
Melalui pelajaran sejarah dapat dibandingkan kehidupan zaman sekarang
dengan masa lampau.
e.
Pelajaran sejarah memberikan latihan dalam pemecahan masalah – masalah atau
pertentangan dunia masa kini.
f.
Mengajar siswa unuk berpikir sejarah dengan menggunakan metode sejarah,
memahami struktur dalam sejarah, dan menggunakan masa lampau untuk mempelajari
masa sekarang dan masa yang akan datang.
g.
Mengajar siswa untuk berpikir kreatif.
h.
Untuk menjelaskan masa sekarang ( belajar bagaimana masa sekarang,
menggunakan pengetahuan masa lampau untuk memahami masa sekarang untuk membantu
menyelesaikan masalah – masalah kontemporer).
i.
Untuk menjelaskan sejarah bahwa status apapun hari ini adalah hasil
dari apa yang terjadi di masa lalu, dan pada waktunya apa yang terjadi hari ini
akan mempengaruhi masa depan.
j.
Menikmati sejarah
k.
Membantu siswa akrab dengan unsur – unsur dalam sejarah.
Meulen ( Isjoni : 40 ) mengatakan pembelajaran
sejarah disekolah bertujuan membangun kepribadian dan sikap mental anak didik,
membangkitkan keinsyafan akan suatu dimensi fundamental dalam eksistensi umat
manusia ( kontinuitas gerakan dan peralihan terus menerus dari lalu ke arah
masa depan), mengantarkan manusia ke kejujuran dan kebijaksanaan pada anak
didik, dan menanamkan cinta bangsa dan sikap kemanusian.
Pentingnya pembelajaran sejarah di
sekolah – sekolah diakui semua bangsa dan negara, karena pembelajaran sejarah
merupakan sarana untuk mensosialisasikan nilai – nilai tradisi bangsa yang
sudah teruji dengan waktu, memahami perjuangan dan pertumbuhan bangsa dan
negara, baik secara fisik, politik, dan ekonomi sekaligus mendidik sebagai
warga dunia yang sangat peduli kepada pentingnya pemahaman terhadap bangsa –
bangsa lain ( Isjoni, 2007 : 47 ). Oleh karena itu, tidak ada satu bangsapun di
dunia ini yang di dalam kurikulum sekolahnya tidak membahas materi sejarah.
Apakah materi itu bull in dalam pelajaran pendidikan IPS ( social studies )
ataupun sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
1.Bagaimanakah
definisi model pembelajaran penemuan?
2.Apakah alasan
penulis memilih model pembelajaran Discovery?
3.Bagaimanakah
Langkah-langkah konkrit pembelajaran sejarah?
4. BagaimanakahKelebihan
model pembelajaran Discovery?
5. Apakah
kekurangan model pembelajaran Discovery?
1.3 Tujuan
Ø Untuk mengetahui definisi model pembelajaran penemuan.
Ø Untuk
mengetahui alasan penulis memilih model pembelajaran Discovery.
Ø .Untuk
mengetahui Langkah-langkah konkrit pembelajaran sejarah.
Ø Untuk
mengetahui Kelebihan model pembelajaran Discovery.
Ø Untuk
mengetahui kekurangan model pembelajaran Discovery.
1.4 Manfaat
Ø Dapat mengetahui definisi model pembelajaran penemuan.
Ø Dapat mengetahui alasan penulis
memilih model pembelajaran Discovery.
Ø Dapat mengetahui Langkah-langkah
konkrit pembelajaran sejarah.
Ø Dapat mengetahuiKelebihan model
pembelajaran Discovery.
Ø Dapat mengetahui kekurangan model pembelajaran Discovery.
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Definisi Discovery Learning
Metode
pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur
pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya
belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya
ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery(penemuan) kegiatan atau
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam
menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep
atau prinsip.
Metode discovery diartikan
sebagai prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorang, memanipulasi
objek sebelum sampai pada generalisasi. Sedangkan Bruner menyatakan bahwa
anak harus berperan aktif didalam belajar. Lebih lanjut dinyatakan, aktivitas
itu perlu dilaksanakan melalui suatu cara yang disebut discovery.Discovery yang
dilaksanakan siswa dalam proses belajarnya, diarahkan untuk menemukan suatu
konsep atau prinsip.
Discovery ialah
proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip.
Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan
dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau
mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi.
Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang
melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan
berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar
sendiri.
Metode pembelajaran discovery merupakan
suatu metode pengajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam
belajar. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak
sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan
konsep, dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya.
Tiga ciri utama belajar menemukan
yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,
menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3)
kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
2.2 Alasan Pemilihan Model Pembelajaran Penemuan
Penulis memilih metode pembelajaan ini
mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu
yang berkaitan dengan pengajaran. (Siadari, 2001: 4). Dalam metode pembelajaran
penemuan (discovery) siswa lebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan sedang
guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan
masalah itu
2.3 Langkah-Langkah Konkrit dalam Pembelajaran Sejarah
a. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Pertama-tama
pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya,
kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan
untuk menyelidiki sendiri.Disamping itu guru dapat memulai kegiatan Pembelajaran
dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar
lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
b. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi
Masalah)
Setelah
dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang
relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah
2004:244), sedangkan menurut permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan
dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai
jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Memberikan kesempatan siswa
untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasasalahan yang mereka hadapi,
merupakan teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk
menemukan suatu masalah.
c. Data Collection (Pengumpulan Data)
Ketika
eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244).Pada tahap ini berfungsi untuk
menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis.
Dengan demikian
anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi
yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber,
melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah
siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan
permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa
menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
d. Data Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah
(2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang
telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya,
lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan
sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila
perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan
tertentu (Djamarah, 2002:22).
Data processing disebut juga dengan
pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan
generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan
baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian
secara logis
e. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini
siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan
hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan
agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Berdasarkan
hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau
hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab
atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
f. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Tahap
generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang
dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang
sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil
verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah
menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang
menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau
prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya
proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.
A. Kompetensi
Dasar dan Indikator
1.1 Menghayati
nilai-nilai persatuan dan keinginan bersatu dalam perjuangan pergerakan
nasional menuju kemerdekaan bangsa sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa terhadap
bangsa dan negara Indonesia.
2.1 Mengembangkan
nilai dan perilaku mempertahankan harga diri bangsa dengan bercermin pada
kegigihan para pejuang dalam melawan penjajah.
3.2 Menganalisis
proses masuk dan perkembangan penjajahan bangsa Barat (Portugis, Belanda,
Inggris) di Indonesia.
3.2.1
Menganalisis Kekuasaan
Voc di Indonesia
3.2.2
Menganalisis kekuasaan
Belanda di Indonesia
1.2 Mengolah
informasi tentang proses masuk dan perkembangan penjajahan bangsa Barat di
Indonesia dan menyajikannya dalam bentuk cerita sejarah.
B. Tujuan
Pembelajaran
1. Dengan
emperhatikan tayangan, siswa dapat menganalisis latar belakang dan tujuan
datannya bangsa barat (Belanda) ke Indonesia
2. Melalui diskusi, siswa dapat menjelaskan jalur
pelayaran dan kedatangan bangsa barat (Belanda) ke Indonesia.
3. Melalui
diskusi dan kerja kelompok, siswa dapat menganalisis mengapa bangsa Indonesia
dijajah oleh bangsa Belanda
4. Melalui
diskusi dan kerja kelompok, siswa dapat menyususn karya tulis yang berjudul
Kegiatan
|
Deskripsi
|
Alokasi Waktu
|
Pendahuluan
|
1. Guru
memina salah seorang memimpin do’a
2. Guru
mempersiapkan kelas lebih kondusif dan siap belajar
3. Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran
4. Guru
menyampaikan topik
5. Guru
membagi siswa ke dalam kelompok
|
|
Inti
|
1.
Guru menampilkan gambar jalur
pelayaran
2. Mengamati
Ø Siswa
diminta untuk mengamati gambar tersebut
3. Menanya
Ø Guru
mendorong siswa untuk bertanya hal-hal terkait dengan gambar yang ditayangkan
Ø Guru
kembali menegaskan topik pembelajaran yang akan dibahas
Ø Guru
menegaskan model pembelajaran yang kan dilaksanakan dengan model discovery
4. Mengeksplorasi
dan Mengasosiasi
Ø Guru
memberikan pengantar singkat, bulan Maret 1602 semua kongsi dagang Belanda di
Himdia Timur dipersatukan dalam sebuah kongsi besar dengan nama Verenigde
oost-Indische Compagnie (VOC) yang di sahkan oleh Staten General, yakni
Republik Kesatuan Tujuh Provinsi berdasarkan suatu piagam yang memberikan hak
eksekutif kepada perseorangan untuk bedagang, berlayar, memonopoli
perdagangan dan menguasai kekuasaan.. aktivitas perdagangan di Sunda Kelapa
ramai serta banyak rempah-rempah ada disana. Apa latar belakang dan tujuan
bangsa Belanda datang ke Indonesia, bagaimana dampak yang ditimbulkan VOC,
dan faktor apa yang menyebabkan kemunduran VOC. Untuk memecahkan beberpa
pertanyaan dan bagaimana perkembangan Nusantara selama ditangan VOC waktu
itu, para siswa untuk melakukan diskusi kelompok.
Ø Setiap
kelompok mendapat tugas melakukan eksplorasi/mengumpulkan informasi dan
mengasosiasi melalui diskesi kelompok untuk fakta-fakta yang berhasil
ditemukan dan dirumuskan:
1. Kelompok
1 dan 2 bertugas mendiskusikan dan merumuskan materi tentang latar belakang
dan tujuan datangnya bangsa Belanda di Indonesia.
2. Kelompok
3 dan 4 berdiskusi dan merumuskan tentang tujuan datangnya bangsa barat (VOC)
ke Indonesia.
3. Kelompok
5 dan 6 mendiskusikan dan merumuskan beberapa faktor yang menyebabkan
kemunduran VOC.
5. Mengkomunikasikan
Ø Presentasi
hasil kelompok (masing-masing kelompok) dalam rangka mengkomunikasikan hasil
karya kelompok dan ditanggapi oleh kelompok lain
|
|
PENUTUP
|
1. Klarifikasi/kesimpulan
siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi tentang “kekuasaan VOC di
Indonesia”
2. Siswa
melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran dan pelajaran apa yang
diperoleh setelah belajar tentang topik pembelajaran “keuasaan VOC di
Indonesia”
3. Guru
menegaskan agar para siswa tetap bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memeberika kekayaan dan keindahan tanah air Indonesia, para siswa harus
belajar dan kerja keras agar menjadi bangsa yang cerdas agar tidak mudah
dibodohi orang lain apalagi orang lain akan menguasai kehidupan bangsa kita.
Guru
melakuakan evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran, misalnya
dengan mengajukan pertanyaan
1. Bagaimana
kondisi perdagangan rempah-rempah di Indonesia?
2. Apa
tujuan orang-orang Belanda datang ke Indonesia?
3. Bagaimana
proses kedatangan Belanda di Indonesia?
Tugas:
1. Siswa
diberi tugas untuk membuat laporan atau karya tulis tentang “Kekuasaan VOC di
Indonesia”
|
|
2.4 Keuntungan Pembelajaran Discovery Learning
1) Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan
meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha
penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara
belajarnya.
2) Pengetahuan yang diperoleh melalui strategi ini
sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
3) Menimbulkan
rasa senang pada peserta didik, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
4) Strategi ini
memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat dan sesuai dengan
kecepatannya sendiri.
5) Menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan
belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
6) Strategi ini dapat membantu peserta didik
memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan
yang lainnya.
7) Berpusat pada peserta didik dan guru berperan
sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak
sebagai peserta didik, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
8) Membantu peserta didik menghilangkan skeptisme
(keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau
pasti.
9) Peserta didik akan mengerti konsep dasar dan
ide-ide lebih baik.
10) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer
kepada situasi proses belajar yang baru.
11) Mendorong peserta didik berfikir dan bekerja atas
inisiatif sendiri.
12) Mendorong peserta didik berfikir intuisi dan
merumuskan hipotesis sendiri.
13) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik
14) Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
15) Proses belajar meliputi sesama aspeknya peserta
didik menuju padapembentukan manusia seutuhnya
16) Meningkatkan tingkat penghargaan pada peserta
didik.
17) Kemungkinan peserta didik belajar dengan
memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
18) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu
.
2.5 Kekurangan Discovery Learning
a.
Metode
ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa
yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir atau
mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga
pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
b.
Metode
ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan
waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah
lainnya.
c.
Harapan-harapan
yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa
dengan cara-cara belajar yang lama.
d.
Pengajaran
discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang
mendapat perhatian.
e.
Tidak
menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan ditemukan oleh siswa
karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
BAB III. PENUTUP
3.l Kesimpulan
Tahapan
Discovery Learni ada empat tahap,
yaitu:(1) data dikemukakan kepada peserta didik, (2)peserta didik
menganalisis strategi untuk mendapatkan konsep-konsep, (3)peserta didik menganalisis
jenis-jenis konsep, yang sesuai dengan umur dan pengalaman peserta didik, (4)
peserta didik mengaplikasikan konsep
Proses mental yang dikembangkan dalam pembelajaran dengan discovery learning meliputi kegiatan:
(1) mengamati, (2) menggolong-golongkan, (3) membuat dugaan/rumusan., (4)
mengukur, (5) mengumpulkan data, (6) menarik kesimpulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar