Rabu, 17 Desember 2014

Discovery Learning





Discovery Learning




Oleh:
1.      Wahyu Bagustiadi            (120210302014)







PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014


KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya dan karunianya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.Dengan terselesainya makalah ini, kami menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan atas terselesainya makalah ini.
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai bahan diskusi mata kuliah “Strategi Belajar Mengajar” dan sebagai media untuk lebih mendalami setiap unit yang akan dipelajari dan dibahas dalam mata kuliah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih belum sempurna. oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk memperbaiki makalah yang telah dibuat. Akhirnya semoga makalah ini dapat berguna bagi kita, amien.





                                                                                   
 Jember, 1 Oktober  2014


                                                                                                                                                                                                                        Penyusun


DAFTAR ISI
               




BAB I. PENDAHULUAN


1.1 Latar belakang


Pembelajaran sejarah di sekolah merupakan salah satu pembelajaran yang harus dipelajari oleh siswa. Isjoni ( 2007 : 37 ) mengatakan Sejarah adalah ilmu yang menggambarkan perkembangan masyarakat, suatu proses yang panjang ”. Sejarah merupakan kisah manusia dengan perjuangan yang dikenal dengan kebudayaan.Memahami asal usul kebudayaannya, berarti memahami kenyataan dirinya dan kekiniannya. Memahami hakekat kekiniannya berarti mampu mengambil pelajaran untuk menghadapi masa depan. Mempelajari sejarah berarti mempelajari hubungan antara masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang.
Suryo ( Isjoni : 38 ) mengatakan sejarah berdasarkan kegunaannya terdiri dari sejarah empiris dan sejarah normatif. Sejarah empirik menyajikan substansi kesejarahan bersifat empirik dan akademik untuk tujuan ilmiah, sejarah normatif menyajikan substansi kesejarahan berdasarkan ukuran nilai dan makna sesuai dengan tujuan penggunaan yang bersifat normatif.

Pembelajaran sejarah sebagai sejarah normatif, substansi dan tujuannya ditujukan pada segi – segi normatif, yaitu nilai dan makna sesuai tujuan pendidikan. Kegunaan pembelajaran sejarah bagi siswa menurut Hill ( Isjoni : 39 – 40 ) adalah :
a.    Secara unik memuaskan rasa ingin tahu dari anak tentang orang lain, kehidupan, tokoh – tokoh, perbuatan dan cita – citanya, yang dapat menimbulkan gairah dan kekaguman.
b.    Lewat pembelajaran sejarah dapat diwariskan kebudayaan dari umat manusia, penghargaan terhadap sastra, seni serta cara hidup orang lain.
c.    Melatih tertib intelektual, yaitu ketelitian dalam memahami dan ekspresi, menimbang bukti, memisahkan yang penting dari yang tidak penting, antara propaganda dan kebenaran.
d.   Melalui pelajaran sejarah dapat dibandingkan kehidupan zaman sekarang dengan masa lampau.
e.    Pelajaran sejarah memberikan latihan dalam pemecahan masalah – masalah atau pertentangan dunia masa kini.
f.     Mengajar siswa unuk berpikir sejarah dengan menggunakan metode sejarah, memahami struktur dalam sejarah, dan menggunakan masa lampau untuk mempelajari masa sekarang dan masa yang akan datang.
g.    Mengajar siswa untuk berpikir kreatif.
h.    Untuk menjelaskan masa sekarang ( belajar bagaimana masa sekarang, menggunakan pengetahuan masa lampau untuk memahami masa sekarang untuk membantu menyelesaikan masalah – masalah kontemporer).
i.       Untuk menjelaskan sejarah bahwa status apapun hari ini adalah hasil dari apa yang terjadi di masa lalu, dan pada waktunya apa yang terjadi hari ini akan mempengaruhi masa depan.
j.      Menikmati sejarah
k.    Membantu siswa akrab dengan unsur – unsur dalam sejarah.

Meulen ( Isjoni : 40 ) mengatakan pembelajaran sejarah disekolah bertujuan membangun kepribadian dan sikap mental anak didik, membangkitkan keinsyafan akan suatu dimensi fundamental dalam eksistensi umat manusia ( kontinuitas gerakan dan peralihan terus menerus dari lalu ke arah masa depan), mengantarkan manusia ke kejujuran dan kebijaksanaan pada anak didik, dan menanamkan cinta bangsa dan sikap kemanusian.

Pentingnya pembelajaran sejarah di sekolah – sekolah diakui semua bangsa dan negara, karena pembelajaran sejarah merupakan sarana untuk mensosialisasikan nilai – nilai tradisi bangsa yang sudah teruji dengan waktu, memahami perjuangan dan pertumbuhan bangsa dan negara, baik secara fisik, politik, dan ekonomi sekaligus mendidik sebagai warga dunia yang sangat peduli kepada pentingnya pemahaman terhadap bangsa – bangsa lain ( Isjoni, 2007 : 47 ). Oleh karena itu, tidak ada satu bangsapun di dunia ini yang di dalam kurikulum sekolahnya tidak membahas materi sejarah. Apakah materi itu bull in dalam pelajaran pendidikan IPS ( social studies ) ataupun sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri.




1.2 Rumusan Masalah


1.Bagaimanakah definisi model pembelajaran penemuan?
2.Apakah alasan penulis memilih model pembelajaran Discovery?
3.Bagaimanakah Langkah-langkah konkrit pembelajaran sejarah?
4. BagaimanakahKelebihan model pembelajaran Discovery?
5. Apakah kekurangan model pembelajaran Discovery?

1.3 Tujuan


Ø Untuk mengetahui definisi model pembelajaran penemuan.
Ø Untuk mengetahui alasan penulis memilih model pembelajaran Discovery.
Ø .Untuk mengetahui Langkah-langkah konkrit pembelajaran sejarah.
Ø Untuk mengetahui Kelebihan model pembelajaran Discovery.
Ø Untuk mengetahui kekurangan model pembelajaran Discovery.

1.4 Manfaat

Ø Dapat mengetahui definisi model pembelajaran penemuan.
Ø Dapat mengetahui alasan penulis memilih model pembelajaran Discovery.
Ø Dapat mengetahui Langkah-langkah konkrit pembelajaran sejarah.
Ø Dapat mengetahuiKelebihan model pembelajaran Discovery.
Ø Dapat mengetahui kekurangan model pembelajaran Discovery.




BAB II. PEMBAHASAN


2.1 Definisi Discovery Learning

            Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery(penemuan) kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.
Metode discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorang, memanipulasi objek sebelum sampai pada generalisasi. Sedangkan Bruner  menyatakan bahwa anak harus berperan aktif didalam belajar. Lebih lanjut dinyatakan, aktivitas itu perlu dilaksanakan melalui suatu cara yang disebut discovery.Discovery yang dilaksanakan siswa dalam proses belajarnya, diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip.
Discovery ialah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.
Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya.
Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.

2.2 Alasan Pemilihan Model Pembelajaran Penemuan


Penulis memilih metode pembelajaan ini mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran. (Siadari, 2001: 4). Dalam metode pembelajaran penemuan (discovery) siswa lebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu

2.3 Langkah-Langkah Konkrit dalam Pembelajaran Sejarah

a. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.Disamping itu guru dapat memulai kegiatan Pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
b. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244), sedangkan menurut permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.
c. Data Collection (Pengumpulan Data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244).Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis.
Dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
d. Data Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22).
Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis
e. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
f. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.
A.    Kompetensi Dasar dan Indikator
1.1  Menghayati nilai-nilai persatuan dan keinginan bersatu dalam perjuangan pergerakan nasional menuju kemerdekaan bangsa sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa terhadap bangsa dan negara Indonesia.
2.1  Mengembangkan nilai dan perilaku mempertahankan harga diri bangsa dengan bercermin pada kegigihan para pejuang dalam melawan penjajah.
3.2  Menganalisis proses masuk dan perkembangan penjajahan bangsa Barat (Portugis, Belanda, Inggris) di Indonesia.
3.2.1        Menganalisis Kekuasaan Voc di Indonesia
3.2.2        Menganalisis kekuasaan Belanda di Indonesia
1.2  Mengolah informasi tentang proses masuk dan perkembangan penjajahan bangsa Barat di Indonesia dan menyajikannya dalam bentuk cerita sejarah.

B.     Tujuan Pembelajaran
1.      Dengan emperhatikan tayangan, siswa dapat menganalisis latar belakang dan tujuan datannya bangsa barat (Belanda) ke Indonesia
2.      Melalui  diskusi, siswa dapat menjelaskan jalur pelayaran dan kedatangan bangsa barat (Belanda) ke Indonesia.
3.      Melalui diskusi dan kerja kelompok, siswa dapat menganalisis mengapa bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa Belanda
4.      Melalui diskusi dan kerja kelompok, siswa dapat menyususn karya tulis yang berjudul
Kegiatan
Deskripsi
Alokasi Waktu
Pendahuluan
1.      Guru memina salah seorang memimpin do’a
2.      Guru mempersiapkan kelas lebih kondusif dan siap belajar
3.      Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
4.      Guru menyampaikan topik
5.      Guru membagi siswa ke dalam kelompok

Inti
1.      Guru menampilkan gambar jalur pelayaran

2.      Mengamati
Ø  Siswa diminta untuk mengamati gambar tersebut
3.      Menanya
Ø  Guru mendorong siswa untuk bertanya hal-hal terkait dengan gambar yang ditayangkan
Ø  Guru kembali menegaskan topik pembelajaran yang akan dibahas
Ø  Guru menegaskan model pembelajaran yang kan dilaksanakan dengan model discovery
4.      Mengeksplorasi dan Mengasosiasi
Ø  Guru memberikan pengantar singkat, bulan Maret 1602 semua kongsi dagang Belanda di Himdia Timur dipersatukan dalam sebuah kongsi besar dengan nama Verenigde oost-Indische Compagnie (VOC) yang di sahkan oleh Staten General, yakni Republik Kesatuan Tujuh Provinsi berdasarkan suatu piagam yang memberikan hak eksekutif kepada perseorangan untuk bedagang, berlayar, memonopoli perdagangan dan menguasai kekuasaan.. aktivitas perdagangan di Sunda Kelapa ramai serta banyak rempah-rempah ada disana. Apa latar belakang dan tujuan bangsa Belanda datang ke Indonesia, bagaimana dampak yang ditimbulkan VOC, dan faktor apa yang menyebabkan kemunduran VOC. Untuk memecahkan beberpa pertanyaan dan bagaimana perkembangan Nusantara selama ditangan VOC waktu itu, para siswa untuk melakukan diskusi kelompok.
Ø  Setiap kelompok mendapat tugas melakukan eksplorasi/mengumpulkan informasi dan mengasosiasi melalui diskesi kelompok untuk fakta-fakta yang berhasil ditemukan dan dirumuskan:
1.      Kelompok 1 dan 2 bertugas mendiskusikan dan merumuskan materi tentang latar belakang dan tujuan datangnya bangsa Belanda di Indonesia.
2.      Kelompok 3 dan 4 berdiskusi dan merumuskan tentang tujuan datangnya bangsa barat (VOC) ke Indonesia.
3.      Kelompok 5 dan 6 mendiskusikan dan merumuskan beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran VOC.
5.      Mengkomunikasikan
Ø  Presentasi hasil kelompok (masing-masing kelompok) dalam rangka mengkomunikasikan hasil karya kelompok dan ditanggapi oleh kelompok lain

PENUTUP
1.      Klarifikasi/kesimpulan siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi tentang “kekuasaan VOC di Indonesia”
2.      Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran dan pelajaran apa yang diperoleh setelah belajar tentang topik pembelajaran “keuasaan VOC di Indonesia”
3.      Guru menegaskan agar para siswa tetap bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memeberika kekayaan dan keindahan tanah air Indonesia, para siswa harus belajar dan kerja keras agar menjadi bangsa yang cerdas agar tidak mudah dibodohi orang lain apalagi orang lain akan menguasai kehidupan bangsa kita.

Guru melakuakan evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran, misalnya dengan mengajukan pertanyaan
1.      Bagaimana kondisi perdagangan rempah-rempah di Indonesia?
2.      Apa tujuan orang-orang Belanda datang ke Indonesia?
3.      Bagaimana proses kedatangan Belanda di Indonesia?
Tugas:
1.      Siswa diberi tugas untuk membuat laporan atau karya tulis tentang “Kekuasaan VOC di Indonesia”


           

2.4 Keuntungan Pembelajaran Discovery Learning


1) Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
2) Pengetahuan yang diperoleh melalui strategi ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
 3) Menimbulkan rasa senang pada peserta didik, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
 4) Strategi ini memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.
5) Menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
6) Strategi ini dapat membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
7) Berpusat pada peserta didik dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai peserta didik, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
8) Membantu peserta didik menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
9) Peserta didik akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
10) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru.
11) Mendorong peserta didik berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
12) Mendorong peserta didik berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
13) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik
14) Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
15) Proses belajar meliputi sesama aspeknya peserta didik menuju padapembentukan manusia seutuhnya
16) Meningkatkan tingkat penghargaan pada peserta didik.
17) Kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
18) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu
.

2.5 Kekurangan Discovery Learning

a.       Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
b.      Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
c.       Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan  dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
d.      Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
e.       Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.



BAB III. PENUTUP


3.l Kesimpulan

Tahapan Discovery Learni ada empat tahap, yaitu:(1) data dikemukakan kepada peserta didik, (2)peserta didik menganalisis strategi untuk mendapatkan konsep-konsep, (3)peserta didik menganalisis jenis-jenis konsep, yang sesuai dengan umur dan pengalaman peserta didik, (4) peserta didik mengaplikasikan konsep
Proses mental yang dikembangkan dalam pembelajaran dengan discovery learning meliputi kegiatan: (1) mengamati, (2) menggolong-golongkan, (3) membuat dugaan/rumusan., (4) mengukur, (5) mengumpulkan data, (6) menarik kesimpulan.



DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar