
BERPIKIR SEJARAH (HISTORICAL THINKING) DALAM PEMBELAJARAN
SEJARAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar
Mengajar
Dosen Pengampuh Dr.Suranto,
M.Pd
Oleh:
Wahyu
Bagustiadi
120210302014
PRODI
PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya dan karunianya sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.Dengan terselesainya
makalah ini, kami menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan atas terselesainya makalah ini.
Makalah ini
disusun dengan tujuan sebagai bahan diskusi mata kuliah “Strategi Belajar Mengajar”
dan sebagai media untuk lebih mendalami setiap unit yang akan dipelajari dan
dibahas dalam mata kuliah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih
belum sempurna. oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
diperlukan untuk memperbaiki makalah yang telah dibuat. Akhirnya
semoga makalah ini dapat berguna bagi kita, amien.
Jember, 13Oktober
2014
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Rancangan baku kurikulum sejarah ini mencakup
pandangan yang jelas mengenai tempat dan hal-hal penting tentang sejarah pada
pendidikan umum bagi semua siswa di sekolah. Tumbuh kembangnya dukungan bagi
mata pelajaran sejarah yang lebih baik, dimulai pada tingkatan-tingkatan atau
pada kelas-kelas awal dari pendidikan dasar, adalah salah satu pertanda yang
membanggakan pada dekade ini.Permasalahannya tidak sedikit, tetapi yang penting
bagi masyarakat demokratis ini adalah “Pengetahuan Sejarah adalah prakondisi
bagi kecerdasan berpolitik”. Tanpa sejarah, seseorang ataupun suatu bangsa
tidak dapat mengidentifikasi dan memecahkan segala permasalahan-permasalahan
sosial, politik, atau isu-isu moral di masyarakat, sehingga akan sulit berperan
aktif dalam kehidupan bernegara yang demokratis seperti yang dicita-citakan.
Hal yang menarik dari standar nasional sejarah ini adalah diperkenalkannya dua
konsep yang dikenal sebagai Historical Thinking dan Historical
Understanding.Kedua konsep tersebut dijabarkan ke dalam serangkaian kemampuan
standar minimal yang bersifat umum di dalam lingkup kesejarahan yang harus
dikuasai oleh siswa sekolah pada setiap tingkatan di seluruh Amerika
Serikat.Sedangkan untuk implementasinya diserahkan kepada kebebasan dan
otoritas guru selaku pengelola kelasnya masing-masing.
Siswa-siswa sekarang dari berbagai jenjang, lebih
dari sebelumnya, membutuhkan juga pengertian komprehensif mengenai Sejarah
Dunia, dan Masyarakat dari berbagai budaya dan peradaban yang telah
mengembangkan ide- idenya, institusi-institusinya, serta pandangan hidup yang
berbeda dengan yang
dimiliki oleh para siswa. Sehingga para siswa dapat
mengapresiasi perbedaan budaya- budaya di dunia, rasa kemanusiaan, dan
permasalahan-permasalahan yang umum dialami manusia. Dengan demikian, para siswa
dapat melihat suatu permasalahan dari sudut pandang dan cara yang berbeda-beda,
dan menyadari bahwa dengan mempelajari sejarah bangsa lain, maka pengertian
mengenai segala hal yang menyangkut sejarah bangsa para siswa dapat diperkuat
lagi.
.
1.2 Rumusan Masalah
1.Bagaimanakah
teori berpikir sejarah?
2.Bagaimanakah faktor
berpikir sejarah?
3.Bagaimanakahmengembangkan
cara berpikir sejarah?
4. BagaimanakahStrategi
dalam pembelajaran?
1.3 Tujuan
Ø Untuk mengetahui Teori berfikir sejarah.
Ø Untuk
mengetahui faktor berpikir sejarah.
Ø .Untuk
mengetahui bagaimana mengembangkan berpikir sejarah.
Ø Untuk
mengetahui strategi dalam pembelajaran
1.4 Manfaat
Ø Dapat mengetahuiTeori berfikir sejarah..
Ø Dapat mengetahui faktor berpikir
sejarah.
Ø Dapat mengetahui bagaimana
mengembangkan berpikir sejarah.
Ø Dapat mengetahui strategi dalam pembelajaran
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Teori Berfikir Sejarah
Cara
berfikir sejarah dalam mengkaji peristiwa-peristiwa yang dipelajarinya terbagi
menjadi empat konsep, yaitu konsep periodisasi, konsep kronologi, konsep
kronik, dan historiografi. Untuk lebih mengerti, berikut penjelasannya:
1. Konsep Periodisasi dalam Ilmu
Sejarah
Secara umum periodisasi artinya
tingkat perkembangan masa atau pembabakan suatu masa.Sedangkan periodisasi
dalam sejarah berarti tingkat perkembangan masa dalam sejarah atau pembabakan
masa dalam sejarah.
Sejarah sejak manusia ada hingga
saat ini tentulah sangat panjang dan terdapat banyak peristiwa atau kejadian
dengan jumlah yang sangat banyak. Para ahli ataupun sejarawan akan kesulitan
dalam memahami ataupun membahas masalah-masalah yang muncul dalam sejarah
kehidupan manusia. Karena itu, untuk mempermudah memahaminya, para ahli
kemudian menyusun suatu periodisasi sejarah atau pembabakan-pembabakan masa
sejarah.
Contoh periodisasi adalah
periodisasi sejarah Eropa sampai sekarang.Terdiri dari sejarah Eropa Purba
-> Sejarah Eropa Kuno -> Sejarah Eropa Abad Pertengahan -> Sejarah
Eropa Zaman Renaisans dan Humanisme -> Sejarah Eropa Baru -> Sejarah
Eropa Modern.Untuk mempermudah pemahaman sejarah Eropa secara utuh, maka
dilakukan pembabakan masa atau periodisasi yang setiap periode waktunyanya
memiliki ciri-ciri tersendiri.
2. Konsep Kronologi dalam Ilmu
Sejarah
Kehidupan umat manusia diliputi
oleh berbagai perkembangan, baik dalam tingkat yang sangat sederhana sampai
yang lebih kompleks.Setiap masa dalam kehidupan manusia selalu diliputi oleh
peristiwa.Peristiwa itu bisa besar seperti Perang Dunia I dan II, Proklamasi
kemerdekaan, dan lain-lain.Bisa pula peristiwa kecil dari umat manusia seperti
kenaikan tahta seorang raja, ikatan pernikahan dan sebagainya.Inilah sebabnya
ilmu sejarah merupakan suatu ilmu yang memiliki hubungan erat dengan kehidupan
manusia.
Dengan kompleksnya peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan manusia, maka setiap peristiwa diklasifikasikan berdasarkan bentuk
dan jenis-jenis peristiwa tersebut.Disinilah kemudian konsep kronologis
berfungsi, peristiwa yang telah diklasifikasikan tadi, disusun secara
kronologis berdasarkan urutan waktu kejadian dari peristwa-peristiwa tersebut.
3. Konsep Kronik dalam Ilmu Sejarah
Kata "kronik" dapat ditemukan
dalam sejarah dinasti-dinasti dari kerajaan Cina.Kronik merupakan sejenis
kumpulan tulisan-tulisan dari dinasti-dinasti yang berkuasa di Cina, seperti
Kronok dinasti Chou, Chin, Tang, Ming, Sung dan dinasti-dinasti lainnya.Kronik
itu merupan suatu kumpulan tulisan tentang perjalanan seorang musafir atau
seorang pujangga dan juga seorang pendeta. Mereka akan menulis seluruh
peristiwa atau kejadian maupun hal-hal yang yang baru ditemukan ketika
melakukan perjalanannya, baik daerah yang dilalui maupun yang disinggahinya.
4. Historiografi dalam sejarah
Penulisan adalah puncak
segala-galanya.Apa yang dituliskan, itulah sejarah, yaitu sejarah sebagaimana
ia dikisahkan, yang mencoba mengungkap dan memahami sejarah sebagaimana
terjadinya. Dan hanya penulisan sejarah inilah yang disebut historiografi.
Historiografi terbentuk dari dua
akar kata yaitu history dan grafi.Histori artinya sejarah dan grafi artinya
tulisan. Jadi historiografi artinya adalah tulisan sejarah, baik itu yang
bersifat ilmiah (problem oriented) maupun yang tidak bersifat ilmiah (no
problem oriented).
Problem oriented artinya karya
sejarah ditulis bersifat ilmiah dan berorientasi kepada pemecahan masalah
(problem solving), yang tentu saja penulisannya menggunakan seperangkat metode
penelitian.Sedangkan yang dimaksud dengan no problem orientedadalah karya tulis
sejarah yang ditulis tidak berorientasi kepada pemecahan masalah dan ditulis
secara naratif, juga tidak menggunakan metode penelitian.Historiografi
merupakan tahap terakhir dalam penyusunan sejarah.
Penulisan sejarah dalam
historiografi lebih merupakan ekspresi kultural daripada usaha untuk merekam
masa lalu.Oleh karena itu, historiografi adalah ekspresi kultural dan pantulan
dari keprihatinan kelompok sosial masyarakat atau kelompok sosial yang
menghasilkannya.
2.2 Konsep Berfikir Sejarah
Menurut Galtung, sejarah adalah ilmu
diakronis berasal dari kata diachronich; ( dia dalam bahasa latin artinya
melalui/ melampaui dan chronicus artinya waktu ). Diakronis artinya
memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang. Sinkronis artinya
meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu.
a)
Cara berfikir kronologis diakronis
dalam mempelajari sejarah
1)
Kronologi
Kronologi adalah catatan
kejadian-kejadian yang diurutkan sesuai dengan waktu terjadinya. Kronologi
dalam peristiwa sejarah dapat membantu merekonstruksi kembali suatu peristiwa
berdasarkan urutan waktu secara tepat, selain itu dapat juga membantu untuk
membandingkan kejadian sejarah dalam waktu yang sama di tempat berbeda yang
terkait peristiwanya.
b)
Cara berfikir diakronik dalam mempelajari sejarah
Sejarah itu diakronis maksudnya memanjang
dalam waktu, sedangkan ilmu-ilmu sosial itu sinkronis maksudnya melebar dalam
ruang. Sejarah mementingkan proses, sejarah akan
membicarakan satu peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A
sampai waktu B.
Sejarah berupaya melihat segala
sesuatu dari sudut rentang waktu. Pendekatan
diakronis adalah salah satu yang menganalisis evolusi/perubahan sesuatu dari
waktu ke waktu, yang memungkinkan seseorang untuk menilai bagaimana bahwa
sesuatu perubahan itu terjadi sepanjang masa. Sejarawan akan menggunakan
pendekatan ini untuk menganalisis dampak perubahan variabel pada sesuatu,
sehingga memungkinkan sejarawan untuk mendalilkan MENGAPA keadaan tertentu
lahir dari keadaan sebelumnya atau MENGAPA keadaan tertentu berkembang /
berkelanjutan.
Contoh:
Perkembangan Sarekat Islam di Solo,
1911-1920
Terjadinya Perang Diponegaro,
1925-1930;
Revolusi Fisik di Indonesia,
1945-1949;
Gerakan Zionisme 1897-1948 dan
sebagainya.
c)
Cara berfikir sinkronik dalam mempelajari sejarah
Sedangkan ilmu
sosial itu sinkronik (menekankan struktur) artinya ilmu sosial meluas
dalam ruang. Pendekatan sinkronis menganalisa
sesuatu tertentu pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Ini tidak
berusaha untuk membuat kesimpulan tentang perkembangan peristiwa yang
berkontribusi pada kondisi saat ini, tetapi hanya menganalisis suatu kondisi
seperti itu.
Contoh: satu
mungkin menggunakan pendekatan sinkronis untuk menggambarkan keadaan ekonomi
di Indonesia pada suatu waktu tertentu, menganalisis struktur dan fungsi
ekonomi hanya pada keadaan tertentu dan pada di saat itu.Penelitian
arsip memungkinkan orang untuk meneliti waktu yang panjang. Istilah
memanjang dalam waktu itu meliputi juga gejala sejarah yang ada didalam waktu
yang panjang itu.Ada juga yang menyebutkan ilmu sinkronis, yaitu ilmu yang
meneliti gejala - gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang
terbatas.
Sedangkan contoh penulisan sejarah
dengan topik - topik dari ilmu sosial yang disusun dengan cara sinkronis
lainnya misalnya adalah:
- Tarekat Naqsyabandiyah
- Qodiriyah di pesantren -
pesantren Jawa´;
- Kota - kota metropolitan : Jakarta
, Surabaya dan Medan´; (metode survey dan interview hanya
Memungkinkan topik yang kontemporer
dengan jangka waktu yang pendek, tetapi bisa jadi ruangnya yang
sangat luas.Kedua ilmu ini saling berhubungan
( ilmu sejarah dan ilmu – ilmu sosial ). Kita ingin mencatat bahwa ada
persilangan antara sejarah yang diakronis dan ilmu sosial lain yang sinkronis
Artinya ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu
sosial menggunakan sejarah Ilmu diakronis bercampur dengan sinkronis
Contoh:
- Peranan militer dalam politik,1945-1999 ( yang ditulis seorang
ahli ilmu politik)
- Elit Agama dan Politik 1945- 2003 (yang ditulis ahli sosiologi )
d)
Mendeskripsikan konsep ruang dan
waktu
1)
Konsep Ruang
Ø
Ruang adalah konsep yang paling melekat dengan waktu.
Ø
Ruang merupakan tempat terjadinya
berbagai peristiwa - peristiwa sejarah dalam perjalanan waktu.
Ø
Penelaahan suatu peristiwa
berdasarkan dimensi waktunya tidak dapat terlepaskan dari ruang waktu
terjadinya peristiwa tersebut.
Ø
Jika waktu menitik beratkan pada
aspek kapan peristiwa itu terjadi, maka konsep ruang menitikberatkan pada aspek
tempat, dimana peristiwa itu terjadi.
2)
Konsep waktu
Ø
Masa lampau itu sendiri merupakan
sebuah masa yang sudah terlewati. Tetapi, masa lampau bukan merupakan suatu
masa yang final, terhenti, dan tertutup.
Ø
Masa lampau itu bersifat terbuka dan
berkesinambungan. Sehingga, dalam sejarah, masa lampau manusia bukan demi masa
lampau itu sendiri dan dilupakan begitu saja, sebab sejarah itu
berkesinambungan apa yang terjadi dimasa lampau dapat dijadikan gambaran bagi
kita untuk bertindak dimasa sekarang dan untuk mencapai kehidupan yang lebih
baik di masa mendatang.
Ø
Sejarah dapat digunakan sebagai
modal bertindak di masa kini dan menjadi acuan untuk perencanaan masa yang akan
dating.
3)
Keterkaitan konsep ruang dan waktu
dalam sejarah
Ø Konsep ruang
dan waktu merupakan unsur penting yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu
peristiwa dan perubahannya dalam kehidupan manusia sebagai subyek atau pelaku
sejarah
Ø Segala
aktivitas manusia pasti berlangsung bersamaan dengan tempat dan waktu kejadian
Ø Manusia
selama hidupnya tidak bisa dilepaskan dari unsur tempat dan waktu karena
perjalanan manusia sama dengan perjalanan waktu itu sendiri pada suatu tempat
dimana manusia hidup ( beraktivitas )
2.3 Pemahaman dalam Berpikir Sejarah
Menurut Bettelheim
(Nash, 1996:2) mempelajari sejarah adalah “rich food for their imagination, a
sense of history, how the present situation come about”. Sejarah akan
memperluas pengalaman siswa, seperti dikatakan oleh Phenix (Nash, 1996:2) “a
sense of personal involvement in exemplary lives and significant events, an
appreciation of values and vision of greatness”. Sejarah menghu bungkan siswa
dengan “akarnya”, dan mengembangkan rasa memiliki (a sense of personal
belonging). Agar dapat mencapai apa yang dikemukakan oleh Bettelheim maupun
Phenix maka materi sejarah yang akan diberikan kepada siswa dikembangkan
berdasarkan 2 (dua) landasan utama, yaitu:
a. Pemahaman
sejarah Pemahaman kesejarahan didefinisikan sebagai apa yang harus diketahui
oleh siswa tentang sejarah (keluarga, masyarakat, negara, dan dunia). Pemahaman
ini digambarkan dari catatan (aspirasi, usaha, perlakuan, kegagalan) aktivitas
manusia dalam aspek sosial, politik, sain dan teknologi, ekonomi dan budaya,
yang diselaraskan dengan tingkat pemahaman siswa. Memperkenalkan sejarah,
seperti sejarah keluarga, sejarah masyarakat, sejarah nasional, dan berbagai
sejarah budaya bangsa-bangsa di dunia, akan mengantarkan mereka pada kehidupan,
aspirasi, perjuangan, dan usaha, serta kegagalan dari kehidupan nyata manusia
yang secara kontekstual disesuaikan dengan tingkat kematangan berpikir mereka.
Sehingga jika diuraikan, maka akan kita dapatkan tiga hal
berikut ini: Melalui sejarah diperoleh pemahaman yang mendalam tentang
masyarakat, perbedaan dan perubahan pola struktur keluarga, perbedaan peran
laki-laki dan perempuan, peran anak dan kehidupan masa kanak-kanak, dalam berbagai kelompok
yang bervariasi, dan hubungan antara
individu dengan kelompoknya. Melalui sejarah siswa memperoleh pemahaman yang mendalam
tentang pola ilmiah untuk mencari pemahaman tentang dunia tempat manusia hidup
dan melakukan sesuatu dengan lebih baik/efisien; pemahaman tentang apa yang
telah diperoleh manusia termasuk perkembangan sain dan teknologi yang menciptakan
terjadinya perubahan. Melalui sejarah
siswa mulai memahami iklim politik yang berkembang dalam masyarakat lokal
hingga kepada masyarakat dunia. Hal yang
penting sebagai inti permasalahan ini adalah memahami nilai-nilai
demokrasi.
b. Keterampilan
berpikir kesejarahan Keterampilan berpikir kesejarahan adalah kemampuan yang
harus dikembangkan agar siswa dapat membedakan waktu lampau, masa kini, dan
masa yang akan datang; melihat dan mengevaluasi evidensi; membandingkan dan
menganalisis antara cerita sejarah, ilustrasi, dan catatan dari masa lalu;
menginterpretasikan catatan sejarah; dan membangun suatu cerita sejarah
berdasarkan pemahaman yang sesuai dengan tingkat perkembangan berpikirnya.
Sejarah dapat membuka kesempatan bagi siswa untuk melakukan analisis dan
mengembangkan analisis terhadap aktivitas manusia dan hubungannya dengan
sesama. Agar dapat tercipta atmosfir yang demikian, maka siswa harus
dikondisikan untuk aktif bertanya dan belajar (active learning), tidak hanya
secara pasif menyerap informasi berupa fakta, nama, dan angka tahun sebagai
suatu kebenaran. Terdapat 5 (lima) bentuk berpikir kesejarahan yang dapat
mengembangkan kemampuan keterampilan berpikir kesejarahan yakni:
Chronological
Thinking (berpikir kronologis), yaitu membangun tahap awal dari pengertian atas
waktu (masa lalu, sekarang dan masa datang), untuk dapat mengidentifikasi urutan waktu atas setiap kejadian, mengukur
waktu kalender, mengintertretasikan dan menyusun garis waktu, serta menjelaskan
konsep kesinambungan sejarah dan perubahannya. Historical Comprehension,
mencakup kemampuan untuk mendengar dan membaca cerita dan narasi sejarah dengan
penuh pengertian, untuk mengidentifikasi elemen dasar dari suatu narasi atau
struktur kisah, dan untuk mengembangkan kemampuan menggambarkan masa lalu
berdasarkan pengalaman pelaku sejarah, literatur sejarah, seni, artefak, dan
catatan-catatan sejarah dari masanya.
Historical
Analysis and Interpretation, mencakup kemampuan untuk membandingkan dan
membedakan pengalaman-pengalaman, kepercayaan, motivasi, tradisi,
harapan-harapan, dan ketakutan- ketakutan dari masyarakat yang berbeda-beda
secara kelompok maupun berdasarkan latarbelakangnya, pada kurun waktu yang
bervariasi. Historical Research Capabilities, mencakup kemampuan untuk
memformulasikan pertanyaan-pertanyaan
sejarah berdasarkan dokumen-dokumen bersejarah, foto-foto, artefak, kunjungan
ke situs bersejarah, dan dari kesaksian pelaku sejarah. Historical
issues-analysis and Decision Making, mencakup kemampuan mengidentifikasi
permasalahan yang dikonfrontasikan masyarakat terhadap suatu literatur sejarah,
komunitas lokal, negara bagian; untuk menganalisis kepentingan dan motivasi
yang bervariasi dari suatu masyarakat yang terperangkap dalam situasi tersebut;
untuk mengevaluasi alternatif pemecahan masalah guna membangun keputusan dalam
rangka menindaklanjutinya
BAB III. PENUTUP
3.l Kesimpulan
Kunci untuk dapat merealisasikan pembelajaran
sejarah seperti dimaksud di atas terletak pada pendidik selaku “life-curriculum”
.Perubahan paradigma pembelajaran yang berbasis materi ke pembelajaran yang
berbasis kompetensi merupakan suatu keniscayaan.Penguasaan berbagai pendekatan
dan metode pembelajaran dari para pendidiknya sangat diperlukan untuk
memfasilitasi terjadinya pembelajaran yang bermakna (meaningful
learning).Melalui pembelajaran yang bermakna tersebut maka diharapkan para
peserta didik dapat berkembang menjadi individu yang dapat berperan penting
sebagai individu, sebagai warga masyarakat, dan sebagai warga dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Kamarga,
H. 2000. Advance Organizers: Sebuah Model Pembelajaran dalam Mengembangkan
Aspek Berpikir Kesejarahan di Sekolah Dasar. Historia Jurnal Pendidikan Sejarah
No.2, Vol.I, tahun 2000. Bandung: Historia Utama Press.
Sumantri,
M. 1988. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: P2LPTK.
Syaodih,
N. 1988.Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: P2LPTK.
Nash,
G. B., et al.. 1996. National Standards for History: Basic Edition. Los
Angeles: National Center for History in the Schools.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar